Seremoni peluncuran desa digital ditandai dengan peletakan batu pertama pengembangan taman wisata edukasi Nangkula Park yang sepenuhnya dikelola oleh BUMDes setempat.
Sebelum memberikan paparan mengenai konsep desa digital, Mendes PDTT sempat menguji penggunaan tombol panik (panic button) yang berfungsi sebagai kentongan digital menggantikan peran kentongan konvensional untuk penyebaran informasi kedaruratan kepada masyarakat desa.
"Di era digital, kentongan digital ini menyalakan alarm di semua ponsel warga yang mengunduh aplikasi yang sudah disediakan melalui layanan play store di telepon pintar (android,)" kata Mendes PDTT Abdul Halim memulai pidato sambutannya.
Baca juga: Menkeu: Pemerintah fokus 400 desa di daerah 3T terhubung internet 2021
Baca juga: Start up digital titik balik kebangkitan desa dan UMKM Indonesia
Dikatakannya, peluncuran desa digital di Desa Kendalbulur ini sekaligus menandai pelayanan desa yang berbasis teknologi dan jaringan, yang mudah dan cepat.
"Cepat atau lambat, desa digital akan menjadi sebuah keniscayaan. Dengan digitalisasi desa akan menunjukkan kehadiran pemerintah desa di hadapan warganya," kata Abdul Hakim Iskandar.
Pemanfaatan teknologi dalam pelayanan masyarakat menggantikan sistem lama yang terkesan kuno dan lama.
Warga tak perlu lagi menunggu lama untuk mengurus sebuah surat, cukup melalui aplikasi, surat yang diinginkan akan diurus oleh pihak desa.
“Tidak eranya lagi warga desa harus nongkrong di balai desa untuk mengurus sebuah surat,” katanya.
Mendes menambahkan kehadiran negara direpresentasikan di seluruh level birokrasi. Mulai dari tingkat desa (pemerintah desa), tingkat kabupaten/kota, provinsi hingga dari level tertinggi kehadiran negara dalam skala nasional (pusat).
Puncak dari kemudahan lewat digitalisasi ini adalah bukti kehadiran negara di tengah warganya, kata dia.
Menurutnya, pemanfaatan teknologi informasi ini memudahkan masyarakat mengakses pelayanan publik.
Abdul Halim berujar bahwa aplikasi desa digital seperti harus direplikasi ke desa-desa lain.
“Iya pasti akan kita adopsi dan dijadikan patokan untuk desa desa lain, silahkan belajar ke Desa Kendalbulur ini," katanya.
Tidak hanya memuji pengelolaan desa digital di Kendalbulur, Mendes juga mengapresiasi pemerintah desa yang telah memberdayakan dana desa hingga bisa membangun Taman Wisata Edukasi Nangkula Park yang dalam kurun empat bulan mampu meraup omzet hingga Rp1,5 milliar.
Taman wisata edukasi tingkat desa ini mampu menyumbang pemasukan sebesar Rp12 juta.
"Pak Kades, ini prinsipnya uang masuk sebanyak-banyaknya, tapi jangan sampai keluar, makanya digunakan untuk subsidi benih padi, kesehatan, hingga Pajak PBB tadi,” ujarnya.
Tidak hanya meresmikan Desa Digital Kendalbulur, kehadiran Menteri Abdul Halim juga menandai pembangunan perluasan wisata buatan Nangkula Park di Desa Kendalbulur yang sejak pertama berdiri sudah dioperasionalkan oleh Bumdes setempat.
Kepala Desa Kendalbulur, Anang Mustofa menyebut saat ini pihaknya sudah menggunakan aplikasi Simpel Desa dalam pelayanan kepada masyarakat.
Dengan aplikasi ini, layanan permohonan pembuatan surat bagi warga Desa Kendalbulur bisa dilayani dengan cepat. Anang menyebut aplikasi ini sudah diujicobakan kepada dua RT di desanya dan berjalan lancar.
“Warga tinggal memilih jenis suratnya, hasilnya di cetak di kertas dan saya tinggal tanda tangan, setiap saat setiap waktu saya bisa tanda tangan apalagi aplikasi ini kan terhubung ke handphone kades, jadi saya bisa tahu,” ujarnya. (*)
Baca juga: PLN NTT latih puluhan pelaku UKM Sumba Timur tentang pemasaran digital
Baca juga: Kominfo prioritaskan akses komunikasi 4G di 12.548 desa dan kelurahan
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020