• Beranda
  • Berita
  • Siasat desa pesisir terpencil Halmahera Selatan hadapi COVID-19

Siasat desa pesisir terpencil Halmahera Selatan hadapi COVID-19

30 Oktober 2020 08:04 WIB
Siasat desa pesisir terpencil Halmahera Selatan hadapi COVID-19
Seorang siswa SD mengenakan masker saat melihat tarian Togal yang ditampilkan oleh warga di Desa Gumira, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, Kamis (29/10/2020). ANTARA/Prisca Triferna.
Pandemi COVID-19 kini telah merambah seluruh wilayah provinsi di Indonesia dan membuat masyarakat di berbagai daerah meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah penularan, tidak terkecuali masyarakat di desa-desa pesisir terpencil di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.

Di desa-desa terpencil di Kabupatan Halmahera Selatan seperti Gane Dalam, Sali Kecil, Samo, Posi-Posi, dan Gumira sampai saat ini memang tidak ada kasus penularan virus corona penyebab COVID-19.

Keterbatasan akses yang membatasi lalu lintas orang dari luar daerah masuk menjadi lapisan pengaman tersendiri bagi warga yang tinggal di desa-desa pesisir terpencil di sana, terutama pada awal penularan virus SARS-CoV-2 merebak di Indonesia pada Maret 2020.

Gane Dalam misalnya. Orang dari luar daerah harus melakukan perjalanan selama hampir satu hari dari Kota Ternate untuk mencapai desa itu.

Selain itu, orang yang tertular COVID-19 biasanya terdeteksi dalam pemeriksaan sebelum menaiki kapal untuk menuju ke desa-desa pesisir terpencil Halmahera Selatan. 

Di Desa Gene Dalam dilaporkan ada seorang warga yang positif terserang COVID-19 dan kasus itu terdeteksi sebelum warga tersebut menaiki kapal untuk kembali ke desa yang berada di ujung selatan Pulau Halmahera itu.

Meski kasus infeksi virus corona belum terdeteksi, warga di desa-desa tersebut tidak lantas merasa sepenuhnya aman dari virus.

Dari siaran televisi atau berita yang beredar di situs daring, mereka tahu bahwa virus corona telah menimbulkan wabah dan kematian di mana-mana.

Kepala Desa Samo Jafar Anhar mengatakan bahwa rasa takut akan pandemi COVID-19 membuat masyarakat sempat membatasi akses masuk ke desanya.

Bahkan sebelum pemerintah daerah melakukan penyuluhan mengenai penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus corona, warga desa penghasil kopra itu mewajibkan penduduk desa yang datang dari luar untuk mandi di laut sebelum masuk ke desa.

"Jadi waktu itu ada di pelabuhan tempat cuci tangan dan kalau ada orang dari Ternate, kalau dia turun, tahan. Kasi batobo (berenang) dulu baru masuk," kata Jafar ketika ditemui ANTARA dalam Festival Rakyat Desa Samo.

Saat menghadiri festival, warga Desa Samo umumnya memakai masker dan berusaha mengatur posisi duduk supaya berada pada jarak yang aman dengan orang lain. Cairan pembersih tangan untuk pengunjung pun disediakan di gerbang tempat acara.

Namun masih ada beberapa orang yang kadang menurunkan masker dari wajah saat berbicara dan berkumpul dengan jarak cukup dekat dengan orang lain.

Di Desa Samo yang dihuni sekitar 500 orang sampai sekarang belum ada kasus penularan virus corona. Demikian pula di desa tetangga Samo, Desa Posi-Posi yang berpenduduk sekitar 400 orang.

Sementara di Desa Gumira, aparat pemerintah desa memutuskan menutup wilayah untuk mencegah penularan virus corona setelah mendapatkan penyuluhan dari pemerintah daerah mengenai COVID-19 pada awal kedatangan pandemi.

Pelaksana Tugas Kepala Desa Gumira Amaruddin Ishak menuturkan, kala itu pemerintah desa meminta masyarakat untuk membatasi melakukan kegiatan di luar rumah dengan pengecualian pada warga yang harus mengurus kebun.

Pemerintah desa juga membatasi warga yang merapat ke dermaga Desa Gumira, yang dihuni 137 keluarga yang terdiri atas 697 orang.

Pembatasan kegiatan dan akses masuk membuat Desa Gumira tidak ikut menyumbang kasus COVID-19 di Maluku Utara, yang tercatat sebanyak 2.196 kasus pada 29 Oktober 2020. Namun kebijakan tersebut mempengaruhi kondisi perekonomian warga desa.

Oleh karena itu, selain menyalurkan bantuan dari pemerintah pusat seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa, pemerintah desa mengupayakan bantuan bahan pokok untuk warga yang utamanya mengandalkan pendapatan dari jasa pengangkutan kopra.


Efek pandemi

Burhan Yunus adalah kapten dari Kapal KLM Wahana Baru yang selama sekitar tiga bulan menyusuri daerah pesisir Gane Barat di Kabupatan Halmahera Selatan untuk mengumpulkan hasil kopra masyarakat untuk dijual ke Bitung, Sulawesi Utara.

Pada awal pandemi, ia menghadapi pembatasan akses bagi kapal-kapal pengangkut sehingga harus menghentikan kapal jauh dari desa dan menunggu kapal-kapal pengangkut kopra dari desa menghampiri mereka.

Daerah pesisir Gane Barat termasuk Gumira dan Samo pada awal pandemi menolak kapal pengangkut merapat ke dermaga mereka karena khawatir pendatang akan menularkan virus penyebab COVID-19.

"Tetap kapal jalan waktu awal pandemi, tapi aduh kasihan. Kita jalan sampai empat bulan ke sana ke mari. Orang kampung juga tidak bolehkan masuk, jadi kita hanya buang jangkar saja," kata Burhan.

Baca juga: Cegah COVID, Halmahera Utara tutup akses transportasi hingga 1 Juni
Masyarakat desa mengantarkan hasil kopra ke kapal pengangkut yang membuang jangkar di dekat desa karena tidak diizinkan merapat ke dermaga sebagai akibat penerapan protokol kesehatan COVID-19 di Desa Posi-Posi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, Kamis (29/10/2020) (ANTARA/Prisca Triferna)


Protokol kesehatan

Meski sudah menyadari ancaman dan bahaya COVID-19, namun masih ada warga desa yang kurang disiplin menjalankan protokol kesehatan menurut Iqra Alimus, dokter muda peserta Ekspedisi Maluku EcoNusa.

Dalam ekspedisi itu, Iqra mengunjungi desa-desa pesisir di Papua Barat dan Maluku Utara untuk memberikan penyuluhan tentang pencegahan COVID-19 kepada masyarakat.

Iqra telah mendatangi enam desa terpencil untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat selama 10 hari terakhir.

Menurut pengamatannya, masyarakat desa umunya sudah berusaha mematuhi aturan untuk memakai masker dan menjaga jarak.

Namun dokter muda itu merasa rasa ingin tahu warga desa tentang COVID-19 masih minim. Menurut dia, kondisi yang demikian terjadi karena warga desa berada di tempat yang jauh dari pusaran penularan COVID-19. 

Iqra juga mendapati contoh baik upaya pencegahan COVID-19 dari warga di desa pesisir Halmahera Selatan seperti Gumira.

Di Gumira, fasilitas cuci tangan sudah disiapkan untuk pendatang dan warga telah memakai masker serta saling mengingatkan untuk menjaga jarak.

"Itu sudah baik, karena mereka sudah ada kesadaran meski baru diberikan penyuluhan sekali oleh puskesmas setempat," kata Iqra.

Dia menekankan pentingnya penyuluhan berkelanjutan mengenai penerapan protokol kesehatan di desa-desa pesisir Halhamera Selatan untuk menjaga desa-desa tersebut dari wabah akibat virus corona.
 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020