Pharmasyntez, yang berbasis di Siberia, sebelumnya mendekati Gilead guna meminta izin sukarela untuk memproduksi dan mendistribusikan obat tersebut di Rusia, kata direktur Pharmasyntez, Vikram Punia, kepada Reuters tahun ini.
Namun, Pharmasyntez tidak dapat memproduksi obat tersebut karena dilindungi oleh hak paten dan Gilead tidak menanggapi permintaan lisensi sukarela itu, menurut laporan Vedomosti yang mengutip surat yang dikirim oleh Punia ke beberapa kementerian Rusia.
Pharmasyntez sejauh ini belum menanggapi permintaan komentar.
Perusahaan farmasi Rusia itu telah menyelesaikan uji klinis obat generik, berlabel Remdeform, pada 300 pasien di 23 rumah sakit di Rusia, berdasarkan sebuah daftar masuk.
Gilead memberikan izin hak paten tersebut untuk memproduksi obat remdesivir buatannya kepada produsen di 127 negara.
Izin itu sebagian besar diberikan kepada negara-negara berpenghasilan rendah atau negara yang mengalami hambatan signifikan lainnya pada akses perawatan kesehatan, kata Gilead.
Vedomosti melaporkan bahwa Punia dalam suratnya meminta pemerintah Rusia untuk mengaktifkan proses lisensi wajib.
Dalam proses itu, pemerintah memberikan izin untuk memperbanyak produk-produk obat paten itu di Rusia tanpa izin dari pemegang hak paten, demi kepentingan keamanan dan pertahanan nasional.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia minta izin WHO bagi penggunaan darurat vaksin Sputnik V
Baca juga: FDA restui penggunaan remdesivir Gilead pada pasien rawat inap COVID
Baca juga: Rusia daftarkan vaksin COVID-19 kedua
Remdesivir, obat COVID-19 buatan India siap dipasarkan
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020