"Moluskum bukan jerawat, walau mirip seperti jerawat, pengobatannya berbeda dengan pengobatan jerawat dan obat-obat yang bisa diberikan bukan obat jerawat. Asam Salisil, Benzoal Periksida memang dipakai untuk jerawat tetapi untuk Moluskum tidak menggunakan itu," ujar dokter spesialis kulit dan kelamin sekaligus CEO Klinik Pramudia, Anthony Handoko dalam virtual media briefing bertema Moluskum Kontagiosum, Rabu.
Berbeda dengan kutil kelamin, jerawat pada organ intim bukan disebabkan HPV (Human papillomavirus) tetapi virus pox. Dari sisi penampakan, MK walau berbentuk benjolan mirip jerawat kurang dari 0,25 inci, namun ada yang khas lesung di bagian tengah benjolan itu.
Baca juga: Siapa saja yang bisa kena "jerawat kelamin"?
Organ tubuh yang diserang biasanya bagian kulit yang tipis dan terluar (epidermis) seperti pada area genital seperti penis, di sela buah zakar, bibir luar vagina dan bagian kulit yang ditumbuhi rambut di atas organ genital. Khusus pada anak, MK bisa muncul pada area punggung, lipatan sikut, leher dan lipatan ketiak.
Untuk mengobati MK, Anthony mengatakan terdapat prosedur standar, salah satunya menggunakan alat untuk mengeluarkan badan Moluskum atau inti sel dari kulit. Saat badan Moluskum dikeluarkan, akan muncul luka namun luka ini akan lekas pulih.
"Menghancurkan MK tetapi bukan sekedar dibuat luka tetapi mengeluarkan badan Moluskum atau inti sel dari kulit. Kalau tidak dikeluarkan, luka akan sembuh tetapi Moluskum tidak akan hilang, muncul di tempat baru atau meluas," kata dia.
Selain itu, dokter juga bisa mengoleskan cairan yang membakar seperti jenis asam atau bahan kimia lain dengan derajat tinggi. Pengobatan ini umumnya diberikan pada penderita MK anak untuk meminimalkan trauma karena tindakan bisa dilakukan berulang.
"Semua terapi sama baiknya, tetapi harus meliat beberapa hal misalnya Moluskum pada anak atau dewasa, kondisi imunnya bagaimana, lokasi di mana. Orang dewasa jika menggunakan cairan apalagi jika MK di area genital, dia harus berkegiatan, belum jika menempel di kulit kanan dan kiri, akan berisiko (muncul) infeksi sekunder," tutur Anthony.
Selama pengobatan, penyandang MK diperbolehkan mandi namun diupayakan tidak melakukan kontak dengan orang yang dicurigai menderita Moluskum.
Baca juga: Penderita kutil kelamin tak boleh berhubungan badan
Baca juga: Mampukah kondom halau kutil kelamin?
Baca juga: Ahli sebut pria rentan terkena penyakit kutil kelamin
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020