Kota Yogyakarta kehilangan ikon kesenian wayang kulit Ki Seno Nugroho, dalang kondang yang tutup usia pada Selasa (3/11).
"Saya kira, Dalang Seno mampu menjadikan kesenian wayang kulit masih banyak digemari oleh berbagai kalangan hingga saat ini. Beliau mampu menjadikan wayang kulit tetap eksis meski di zaman sekarang ini,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Rabu.
Dia menyebut Ki Seno sebagai dalang yang fenomenal karena penonton pertunjukannya selalu ramai, bahkan saat pertunjukan wayang kulit terpaksa disiarkan via daring akibat pandemi COVID-19.
"Penonton pentas Dalang Seno melalui live streaming pun cukup banyak. Dari dua channel siaran bisa ditonton lebih dari 20.000 orang. Ini artinya, sosok Beliau memang sangat fenomenal," katanya.
Heroe mengatakan, pentas wayang kulit yang digelar Ki Seno secara daring juga menginspirasi banyak seniman untuk tetap semangat berkarya meski menghadapi banyak kesulitan akibat pandemi.
"Pertunjukan wayang dengan cara live streaming yang digelar singkat, dua jam, terbukti sukses. Ini menjadi inspirasi bahwa pandemi tidak membuat seorang seniman tidak bisa berkarya," katanya.
Heroe menyebut Ki Seno sebagai dalang dengan penggemar paling banyak.
"Beliau adalah dalang yang saat ini paling terkenal dan paling berpengaruh. Ia adalah raja live streaming di YouTube. Gaya Beliau saat mendalang pun diikuti oleh dalang-dalang lain," katanya.
Heroe hampir setiap malam menyempatkan waktu untuk menyaksikan pertunjukan Dalang Seno meskipun kadang tidak sampai tuntas.
"Selamat jalan Dalang Seno, mudah-mudahan muncul dalang-dalang baru yang mampu menjaga dan mengembangkan seni warisan leluhur, seni pewayangan," katanya.
Ki Seno Nugroho meninggal dunia pada Selasa (3/11) karena sakit. Setelah disemayamkan di rumah duka di Sedayu Bantul, jenazahnya dikebumikan di permakaman Semaki Gedhe Yogyakarta di sebelah makam ayahandanya, Ki Suparman.
Baca juga:
Masyarakat global saksikan pagelaran wayang kulit virtual
Dalang dari tiga negara pentaskan wayang kulit bersama secara virtual
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020