• Beranda
  • Berita
  • Presiden Iran: yang penting kebijakan AS, bukan soal siapa presidennya

Presiden Iran: yang penting kebijakan AS, bukan soal siapa presidennya

4 November 2020 16:42 WIB
Presiden Iran: yang penting kebijakan AS, bukan soal siapa presidennya
Foto kolase - (kiri) Presiden AS Donald Trump berbicara di luar Gedung Putih, tempat ia dirawat karena penyakit virus korona (COVID-19), di Washington, AS dalam gambar diam yang diambil dari video media sosial yang dirilis pada 8 Oktober 2020. @ realDonaldTrump / via REUTERS/pri. (kanan) Presiden Iran HASSAN ROUHANI membuat pernyataan tentang perkembangan terkini mengenai proses pandemi di National Combat Board Meeting dengan Coronavirus di Teheran, Iran. ANTARA/Iranian Presidency via ZUMA Wire Tehran Iran Poolfoto ZUMAPRESS.com/pri. (ZUMAPRESS.com via Reuters Connec/Iranian Presidenc)

Bagi Iran, kebijakan pemerintahan AS yang berikutnya adalah hal yang penting--bukan soal siapa yang memenangkan pemilu di AS,

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pada Rabu bahwa pihaknya tidak peduli tentang siapa yang akan menjadi presiden Amerika Serikat (AS), namun menunggu kebijakan masa mendatang negara itu agar patuh pada hukum dan perjanjian internasional.

"Bagi Iran, kebijakan pemerintahan AS yang berikutnya adalah hal yang penting--bukan soal siapa yang memenangkan pemilu di AS," kata Rouhani dalam rapat kabinet yang disiarkan di televisi.

Baca juga: Trump sebut akan cetak 'kemenangan besar', tuduh Demokrat curang

Baca juga: Trump klaim menang pilpres, usai Biden suarakan keyakinan


"Kami ingin dihargai, bukan menjadi sasaran sanksi (oleh AS). Tidak masalah siapa yang memenangkan pemilu AS, [...] untuk kami, kebijakan dan prinsip adalah hal yang penting," ujar Rouhani menambahkan.

Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, pada 2018 AS keluar dari perjanjian nuklir Iran 2015 serta menjatuhkan sanksi yang memberatkan kondisi perekonomian Iran. Sebagai balasan, Iran secara bertahap mengurangi kepatuhannya terhadap perjanjian itu.

Sementara Joe Biden, rival Trump pada pemilu presiden kali ini, berjanji untuk bergabung kembali dengan enam negara kekuatan dunia dalam perjanjian nuklir tersebut jika Iran juga kembali mematuhinya.

Di sisi lain, Trump juga menyebut bahwa ia ingin melancarkan perjanjian baru dengan Iran yang akan menyasar program rudal negara itu dan mendukung proksi kawasan, yakni di Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman.

Bagaimanapun Iran tidak bersedia melakukan negosiasi apapun terkait hal itu, kecuali AS terlebih dahulu masuk kembali dalam kesepakatan nuklir awal.

Sumber: Reuters

Baca juga: AS berlakukan sanksi baru untuk sektor keuangan Iran

Baca juga: Iran: sanksi baru AS targetkan "saluran untuk bayar makanan, obat"

Pewarta: Suwanti
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2020