"Masih tetap berjalan kok penanganannya untuk DBD, cuma memang kita lebih siaga karena kan hujan udah mulai besar dan DBD memang berpotensi besar di tengah pancaroba," kata Irwandi saat dihubungi, Rabu.
Menurut Irwandi, jumlah penderita DBD hingga awal November 2020 di Jakarta Pusat tidak ada peningkatan kasus.
Wakil Wali Kota Jakarta Pusat itu berharap masyarakat tetap aktif menjaga gerakan 3M khusus DBD, yaitu menguras, mengubur, dan menutup sehingga tak ada jentik-jentik nyamuk demam berdarah yang berpotensi menyebabkan DBD.
Sementara itu, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat Erizon Safari turut mengatakan hingga Oktober 2020 di Jakarta Pusat untuk kasus DBD terpantau masih dapat dikendalikan.
"Dari awal tahun hingga Agustus 2020 hanya ada 362 kasus. September 2020 bahkan tidak kasus. Nah untuk yang angka kasus DBD Oktober belum keluar karena rekapitulasinya baru keluar pertengahan November. Tapi untuk sekarang sih masih terkendali," ujar Erizon.
Untuk pencegahan DBD, Erizon menyatakan pihak puskesmas masih tetap bertanggung jawab untuk penyuluhan 3M DBD, meski tugas juru pemantau jentik (jumantik) diiharapkan dilakukan secara mandiri oleh warga di rumahnya masing-masing.
Berdasarkan situs "dbd.bmkg.go.id" yang berisi peringatan dini DBD di DKI Jakarta untuk November 2020 tingkat Kecocokan Iklim (RH) untuk DBD di wilayah Jakarta Pusat berada pada level sedang dengan probabilitas 75 persen.
Meski demikian untuk Angka Insiden (AI) DBD di Jakarta Pusat bernilai 0.3 dan masih masuk kategori aman.
Baca juga: Jakarta waspada Kejadian Luar Biasa DBD
Baca juga: Kasus baru DBD Cipayung tertinggi di DKI Jakarta
Baca juga: Anies nyatakan perawatan gratis untuk pasiden DBD di Jakarta
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2020