Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia mendorong peningkatan kapasitas dan jumlah tenaga perpustakaan atau pustakawan sehingga dapat mengelola perpustakaan secara profesionalSeharusnya paling tidak setiap perpustakaan mempunyai minimal satu pustakawan
"Pustakawan berperan aktif dalam merancang program-program inovatif yang melibatkan masyarakat sesuai dengan kondisi atau kebutuhan dari masyarakat setempat, di mana perpustakaan itu berada," kata Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas RI Deni Kurniadi dalam webinar Ngobrol Bareng Perpusnas dengan LKBN ANTARA: Peran Perpustakaan Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Saat Pandemi, Jakarta, Jumat.
Hingga sekarang, Indonesia memiliki 164.610 perpustakaan termasuk perpustakaan sekolah, umum dan perguruan tinggi.
Baca juga: Setiap tahun, Perpusnas hadirkan 500 perpustakaan desa
Namun, terjadi banyak kekurangan sumber daya manusia yakni pustakawan untuk mengelola perpustakaan secara profesional jika dibandingkan dengan jumlah perpustakaan yang ada di Indonesia.
"Seharusnya paling tidak setiap perpustakaan mempunyai minimal satu pustakawan, jadi kita memerlukan 164.000 lebih pustakawan di Indonesia, sedangkan jumlah saat ini masih di bawah itu," tutur Deni.
Padahal perpustakaan berupaya menjangkau dan memberikan layanan kepada seluruh masyarakat Indonesia yang sekitar 260 juta baik di tingkat nasional, kabupaten, kota hingga desa.
Baca juga: Tingkatkan literasi masyarakat, Perpusnas bertransformasi
Untuk itu, perpustakaan melibatkan berbagai pihak termasuk bekerja sama dengan lintas kementerian dan lembaga untuk mendukung keberadaan tenaga perpustakaan yang profesional.
Deni menuturkan saat ini ada 25 perguruan tinggi yang membuka program studi perpustakaan sehingga diharapkan dari sana akan lahir tenaga-tenaga perpustakaan yang profesional.
Perpusnas juga memiliki pusat pendidikan dan pelatihan yang salah satu kegiatannya adalah mengadakan berbagai pelatihan untuk menciptakan pustakawan profesional.
Baca juga: Perpusnas diminta DPR permudah akses membaca di kawasan 3T
Sementara untuk daerah 3T yakni terdepan, tertinggal dan terluar, Deni menuturkan kesulitan yang dihadapi dalam pengembangan perpustakaan di wilayah itu yakni akses lokasi, infrastruktur dan jaringan yang masih sangat terbatas.
Selain program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial di wilayah 3T, juga ada Program Pojok Baca Digital serta bantuan perpustakaan komunitas untuk tetap meningkatkan literasi masyarakat dan gemar membaca di wilayah itu.
Baca juga: Perpusnas tingkatkan kesejahteraan masyarakat saat pandemi COVID-19
Perpusnas juga melibatkan tenaga-tenaga penggerak literasi yang berkomitmen menularkan "virus-virus" literasi kepada masyarakat di daerah 3T.
Seluruh masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan perpustakaan dengan optimal termasuk untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta keterampilan. Masyarakat dapat menjangkau berbagai koleksi perpustakaan baik langsung di perpustakaan maupun secara dalam jaringan (online).
Baca juga: Kerja sama Perpusnas-Ombudsman tingkatkan layanan publik
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020