"Ada sembilan pahlawan olahraga asal Jatim menerima penghargaan," ujar Ketua Umum KONI Jatim Erlangga Satriagung di Surabaya, Selasa.
Sembilan mantan atlet Jatim yang menerima apresiasi dari KONI Jatim adalah Yusuf Ekodono (sepak bola), Sodiq Pamungkas (tinju), Tarwi (balap sepeda), Musiamin (atletik), Pranoto (silat), Agus Setiawan (atletik), Wongso Suseno (tinju), Abdurrahman bin Semir (atletik), dan Soepardji (anggar).
Baca juga: Triyangningsih idolakan sosok RA Kartini
Baca juga: Pesilat Hanifan maknai kepahlawanan sebagai motivasi berprestasi
Menurut Erlangga, penghargaan tersebut merupakan salah satu bentuk apresiasi atas jasa atlet terhadap negara, baik di kancah nasional maupun internasional.
Selain itu, apresiasi berupa tali asih juga menjadi program rutin KONI Jatim sejak era Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan tahun ini merupakan kali kedua digelar.
Sementara itu, salah seorang penerima tali asih, Tarwi, mengaku bersyukur sekaligus terkejut dengan apresiasi yang diberikan KONI Jatim kepadanya.
"Ini baru pertama saya terima dan tentu suatu kebanggaan.Kami lebih semangat untuk menangani cabang olahraga ini sampai sekarang," kata legenda balap sepeda Indonesia itu.
Baca juga: Kisah mantan pembalap tempuh 1.100 km finis di Jakarta Veledrome
Berikut profil singkat penerima apresiasi dari KONI Jatim:
1.Yusuf Ekodono (sepak bola)
Lahir di Surabaya, 16 April 1967, memulai karir sebagai pemain sepak bola dari klub internal Persebaya, yakni Indonesia Muda. Pada 1985 Yusuf masuk skuad Persebaya Junior. Ia menjadi bagian skuad saat Persebaya menjadi runner-up Perserikatan 1986-1987 dan 1987-1988, sampai kemudian membawa Persebaya menjadi juara Liga Indonesia 1997. Berposisi sebagai gelandang serang atau striker, Yusuf adalah pemain yang ikut membawa Indonesia meraih medali emas cabor sepakbola SEA Games 1991 di Manila Filipina.
2.Tarwi (balap sepeda)
Adalah salah seorang generasi emas tim balap sepeda Indonesia. Pada masa mudanya pria asal Lamongan ini pernah membela Indonesia di ajang Games of New Emerging Forces (Ganefo) di Vietnam pada 1966 dengan meraih medali emas. Selain itu pada Kejurnas maupun PON, pria yang kini berusia 79 tahun tersebut pendulang medali emas andalan Jatim.
3. Sodiq Pamungkas (tinju)
Sodiq Pamungkas lahir di Desa Kunir Kidul, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang, 50 tahun yang lalu. Mengenal tinju sejak kelas 5 SD, Sodiq mulai berlaga di atas ring pada 1989. Beberapa kali menjadi juara Kejurda tinju di Jatim, Sodiq akhirnya terjaring puslatda untuk PON 1993. Hasilnya mampu meraih medali perunggu di kelas 60 kg. Tujuh tahun berikutnya pada PON XV/2000 di Jawa Timur, Sodiq menyumbang medali emas untuk Jawa Timur di kelas 60 kg.
4. Musiamin (atletik)
Lahir 20 Januari 1974 di Malang, Musiamin adalah spesialis nomor 5000 meter andalan Jawa Timur. Menekuni lari jarak jauh sejak SMP, Musiamin akhirnya masuk dalam tim atletik Jatim saat berlaga di PON XVI/2004 di Palembang. Turun di nomor 5.000 m dan 10.000 m, Musiamin meraih medali perak di nomor 5.000 m.
5. Pranoto (silat)
Lahir di Nganjuk 20 Maret 1988, Pranoto menekuni silat sejak sekolah dasar. Mulai mengikuti kejuaraan saat usia sekolah menengah pertama, Pranoto mulai merajai kelas H (80-85 kg) di Jawa Timur, meraih medali emas sirkuit silat nasional 2006 hingga akhirnya masuk dalam puslatda silat Jatim untuk PON 2008 di Kalimantan Timur.
6. Wongso Suseno (tinju)
Wongso Suseno lahir di Malang, 17 November 1945 adalah mantan petinju amatir yang menekuni dunia tinju profesional. Selama menjadi petinju amatir mewakili Jawa Timur, Wongso Suseno tidak terkalahkan. Ia adalah petinju profesional Indonesia pertama yang berhasil meraih gelar juara internasional. Awal kariernya dimulai ketika ia kalah dari Mohd Ali dari Malaysia dengan Knock Out pada tahun 1965. Wongso merebut gelar juara OPBF kelas welter setelah menundukkan Chang Kil Lee dari Korea Selatan, 28 Juli 1975 di Istora Senayan, Jakarta.
7. Abdurrahman bin Semir (atletik)
Pria kelahiran Gresik 54 tahun lalu ini, adalah raja nomor 800 meter Jawa Timur. Abdurrahman adalah peraih medali emas nomor 800 meter di Pekan Olahraga Mahasiswa Asia Tenggara (POM ASEAN) 1985 ketika usianya masih 19 tahun. Sejak saat itu Abdurrahman terus berlari membela Jawa Timur di setiap PON hingga terakhir pada PON XIV/1996 dengan meraih perunggu nomor 800 meter.
8. Soepardji (Anggar)
Lahir di Nganjuk 8 Maret 1942, Soepardji mengenal atlet sejak di bangku sekolah menengah. Sebagai atlet anggar, Soepardji dikenal serbabisa karena kemampuannya turun di nomor Sabel dan Floret. Soepardji dikenal sebagai atlet yang disiplin menjaga kondisi tubuhnya, sehingga tidak salah bila kemudian dia mampu menjaga performanya sehingga bisa memperkuat Jatim di PON VII, VIII, IX, XI dan XII, dengan perolehan medali perunggu dan perak beregu sabel dan perorangan. Usai gantung pedang sebagai atlet, Soepardji dipercaya menjadi pelatih di tim anggar Jatim di PON XII, XIII dan XIV. Selain menjadi pelatih PON Jatim, Soepardji juga dipercaya menjadi pelatih nasional saat tim anggar Indonesia berlaga di Kejuaraan Asia Anggar 1991 di Malaysia.
9. Agus Setiawan
Lahir 3 Agustus 1988, mengenal atletik sejak umur 17 tahun. Setelah merajai nomor 400 meter dan 4x400 meter estafet. Akhirnya masuk puslatda pada 2005 untuk persiapan PON 2008 di Kaltim. Hasilnya tidak mengenakan karena berhasil meraih medali emas di nomor 4x400 meter. Setelah PON 2008, Agus tetap menjadi penghuni puslatda untuk pon 2012, hasilnya kembali meraih medali emas di nomor 4x400 meter, terakhir Agus Setiawan masih tampil di PON 2016 Jawa Barat dengan meraih medali perak di nomor spesialisnya ini.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020