ILUNI luncurkan riset masa depan Indonesia

10 November 2020 20:53 WIB
ILUNI luncurkan riset masa depan Indonesia
Ketua Umum ILUNI UI, Andre Rahadian. (ANTARA/HO- dok pri)

Ada perubahan perilaku karena orang-orang bekerja lebih efektif dan efisien. Tapi, di sisi lain ada tantangan karena kita berada dalam bonus demografi.

Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) meluncurkan proyek riset bertajuk "Masa Depan Indonesia: Manusia dan Pemimpin Indonesia 2045" merupakan perencanaan skenario manusia Indonesia menghadapi situasi Volatility, Uncertainty, Complexcity dan Ambiguity atau VUCA akibat revolusi digital dan pandemi COVID-19.

“Pandemi akan menjadi kekuatan primer menambah ketidakpastian dan kompleksitas serta mempengaruhi perkembangan megatren. Untuk itu, kegiatan riset ini mencoba mengantisipasi masa depan Indonesia menjelang berusia 100 tahun, " ujar Ketua ILUNI UI, Rahmat Yananda, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Rahmat mengatakan VUCA menjadi isu penting untuk menghadapi dunia yang tidak pasti.

Menurut dia, manusia saat ini tidak bisa hidup dalam situasi statis dan harus siap dengan situasi kekacauan (chaos).

Baca juga: ILUNI FHUI : Perlu payung hukum bagi notaris saat pandemi

Baca juga: Ketua Umum ILUNI UI sarankan buka opsi tunda Pilkada


VUCA dinilai jadi determinan utama dalam menentukan arah tren ke depan.

"Kita tidak membayangkan dunia akan meredup selama tujuh bulan semenjak virus COVID-19 diumumkan menyebar di Wuhan. Dalam lima tahun pertumbuhan ekonomi bertahan di lima persen lalu tiba-tiba dalam waktu sebentar jadi minus," kata dia.

Dia menjabarkan perencanaan skenario akan menggunakan kerangka waktu dan peta jalan selama 25 tahun, terhitung dari 2020 sampai dengan 2045. Riset gabungan ILUNI 4.0, Policy Center, dan ILUNI UI ini disebut akan mengangkat lima isu yakni teknologi informasi, COVID-19 dalam aspek psikologi sosial di Indonesia, globalisasi, perempuan dan lingkungan, serta demografi dan gender.

"Sebelum riset tersebut dilaksanakan, ILUNI UI memerlukan masukan dan saran dari berbagai pihak agar riset yang dihasilkan komprehensif dan telah dilakukan review oleh ahli dan akademisi UI,” sebut Rahmat.

Ketua Umum ILUNI UI, Andre Rahadian, menekankan pentingnya perencanaan Indonesia 2045 dari saat ini.

"Banyak game changer di beberapa tahun belakang, mulai dari revolusi 4.0, masuknya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), dan pandemi COVID-19, membuat kita harus bersiap dan menjadi orang-orang yang tahan dan agile akan segala macam perubahan,” kata Andre.

Andre menyebutkan riset ILUNI UI itu akan menjadi riset komprehensif yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan menuju Indonesia di tahun 2045, yaitu para mahasiswa dan perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa UI (BEM UI), serta para alumni dan akademisi UI.

“Kita harapkan juga masukan dari guru-guru besar UI. Semoga hasil risetnya bisa jadi masukan untuk pemangku kepentingan,” ujar Andre.

Ketua ILUNI 4.0, Fithra Faisah Hastiadi, mengatakan banyak pakar menyebutkan bahwa COVID-19 mempercepat perubahan masa depan. Selanjutnya, dari pertumbuhan ekonomi terkontraksi dua kuartal berturut-turut, ternyata sektor Informasi, Komunikasi, dan Teknologi justru tumbuh di atas rata-rata.

"Ada perubahan perilaku karena orang-orang bekerja lebih efektif dan efisien. Tapi, di sisi lain ada tantangan karena kita berada dalam bonus demografi,” ungkapnya.

Menurut Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB UI), peluang bonus demografi akan selesai di tahun 2030. Sementara, untuk bisa lolos dari Perangkap Pendapatan Menengah (Middle Income Trap), bonus demografi tersebut harus dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 6-6,5 persen.

Pertumbuhan tersebut harus ditopang dengan pertumbuhan produktivitas. Namun, permasalahan lainnya dari 7 juta pengangguran, 4 juta penduduk berusia 15-24 tahun mendominasi angka pengangguran.

“Segala permasalahan tadi kuncinya cuma satu, yaitu pendekatan teknologi. Untuk membuat pertumbuhan lebih inklusif, maka teknologi juga lebih inklusif. Pemberdayaan dari masyarakat di level terbawah hanya bisa terjadi kalau masyarakatnya sudah berdaya dan bisa memanfaatkan teknologi dengan baik,” ucap Fithra.*

Baca juga: ILUNI UI nyatakan kontroversi Pakta Integritas mahasiswa baru selesai

Baca juga: Bamsoet gandeng Iluni UI tinjau berbagai produk UU

Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020