"COVID-19 menjadi momentum untuk membahas mengenai akses belajar mengajar yang terbatas, aksi sosial dalam mengangkat kelompok minoritas, inovasi ketahanan pangan, dan pelayanan kesehatan daring," kata Milani Hartina, Ketua Pelaksana AYIC 2020, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Dengan mekanisme webinar, para pemuda negara-negara ASEAN akan membahas empat dari 17 poin dalam Tujuan Pembangunan Berlanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), yakni mengakhiri kelaparan, menyediakan layanan kesehatan, menghadirkan pendidikan bermutu, serta menjaga perdamaian.
Konferensi ini akan menghadirkan pembicara internasional, di antaranya dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Yayasan ASEAN, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Youth Co:Lab di bawah Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).
Milani menyebut bahwa acara dengan sorotan terhadap peningkatan akses ini akan menjadi peluang besar bagi para pemuda ASEAN untuk dapat memperluas jaringan dan mengetahui lebih banyak karakteristik negara-negara di kawasan.
Di bawah pengelolaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kema Universitas Padjadjaran, AYIC--yang kini memasuki tahun kelima--berlangsung mulai 9 hingga 12 November 2020, dengan sejumlah peserta yang telah terseleksi dari sekitar 200 orang yang mendaftarkan diri, antara lain dari Indonesia, Filipina, dan Vietnam.
ASEAN adalah Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara yang terdiri dari 10 negara anggota, yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Baca juga: Menko Airlangga: ASEAN sepakati kerangka pemulihan ekonomi
Baca juga: Mendag pastikan RI tidak banjir impor setelah RCEP diteken
Pewarta: Suwanti
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020