• Beranda
  • Berita
  • Ketua MPR luncurkan buku ke-18 refleksikan pemikiran

Ketua MPR luncurkan buku ke-18 refleksikan pemikiran

10 November 2020 23:37 WIB
Ketua MPR luncurkan buku ke-18 refleksikan pemikiran
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meluncurkan buku ke-18 berjudul "Tetap Waras, Jangan Ngeres", di Jakarta, Selasa. (Istimewa)

Virus corona adalah sesuatu yang nyata, bukan bagian dari teori konspirasi maupun sekadar wacana.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meluncurkan buku ke-18 berjudul Tetap Waras, Jangan Ngeres yang memuat refleksi pemikiran dirinya selama setahun terakhir.

Bamsoet menjelaskan bahwa buku tersebut terbagi dalam dua bagian, sebelum dan sesudah Indonesia didera pandemi COVID-19, di dalamnya terdapat autokritik dalam menghadapi pandemi yang terkadang justru malah menghilangkan nalar kebangsaan.

"Tetap Waras, Jangan Ngeres, bermakna pemimpin dari tingkat pusat hingga daerah harus memberikan harapan, bukan menimbulkan kecemasan. Pejabat memberikan informasi akurat bukan menutupi kebenaran. Rakyat seharusnya taat pada aturan bukan melanggar," kata Bamsoet dalam peluncuran bukunya di Jakarta, Selasa.

Baca juga: MPR yakin nilai kepahlawanan hadir dalam beragam implementasi

Menurut dia, daripada sibuk berwacana tentang rekayasa atau teori konspirasi di balik pandemi COVID-19, jauh lebih baik jika semua orang mencurahkan waktu dan pikirannya untuk peduli terhadap penanganan pandemi.

Salah satunya, menurut dia, melalui disiplin menjalankan protokol kesehatan karena data kasus COVID-19 di dalam maupun di luar negeri harus dilihat sebagai sebuah fakta, bukan malah dijadikan bahan akrobat untuk berwacana.

"Lebih dari satu juta orang di dunia (lebih dari 14.000 di antaranya adalah warga Indonesia) telah meninggal dunia karena COVID-19. Angka ini seharusnya menyadarkan kita bahwa virus tersebut adalah sesuatu yang nyata, bukan bagian dari teori konspirasi maupun sekadar wacana," ujarnya.

Bamsoet menilai semua orang harus terdorong mencari solusi menekan penyebarannya, karena saling menyalahkan satu sama lain, maupun menuduh pemerintah lamban mengantisipasi penularan COVID-19, bukan hal yang patut dilakukan.

Ia menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 telah menimbulkan banyak kecemasan karena masyarakat kebingungan, tenaga medis dan kesehatan kewalahan, para pengusaha kelimpungan, bahkan pemerintah pun terkadang terkesan tidak kompak.

"Kejadian ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai belahan negara lainnya. Mengingat tidak ada negara yang punya pengalaman menghadapi pandemi COVID-19 yang bisa dijadikan sebagai rujukan," katanya.

Baca juga: Wakil Ketua MPR: Generasi milenial harus jadi generasi emas

Dalam situasi krisis, lanjut dia, khawatir berlebihan atau terlalu menggampangkan masalah merupakan sikap yang tidak boleh dilakukan karena malah akan membuat persoalan tambah runyam.

Oleh karena itu, dia memandang penting masyarakat tetap menjaga kesadaran dan akal sehat, tetap waras, dalam arti tetap rasional, terukur,  dan tetap waspada.

"Jangan ngeres, yang berarti tak melakukan tindakan yang bisa menimbulkan instabilitas," ujarnya.

Bamsoet juga mengingatkan rencana vaksinasi mulai akhir 2020, bukan satu-satunya bisa menyelesaikan berbagai keseluruhan masalah yang ditinggalkan akibat pandemi COVID-19 karena masih ada pekerjaan rumah menata fondasi perekonomian yang nyaris rusak.

Ia mengatakan bahwa pemerintah sedang mengupayakan agar pemulihan ekonomi bisa terjadi pada Kuartal IV 2020 dan berakselerasi pada tahun 2021.

"Optimisme ini tidak bisa berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi kesadaran masyarakat dalam menekan penyebaran COVID-19 melalui kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan," katanya.

Baca juga: MPR harapkan BS Center lahirkan pemikiran komprehensif

Menurut dia, tidak hanya sekadar optimistis, pemerintah juga harus mengantisipasi berbagai kejadian yang bisa mengoyak perekonomian.

Bamsoet mencontohkan dampak kredit macet di bank pemerintah dan swasta yang jumlahnya dikabarkan berpotensi menembus Rp900 triliun. Jika tidak diantisipasi sejak dini, dampaknya bisa sangat luar biasa bagi perekonomian.

"Bukannya pulih pada Kuartal IV, melainkan perekonomian Indonesia malah bisa lebih parah dibanding krisis moneter 1998. Ini pekerjaan rumah yang menuntut kita untuk tetap berpikir waras, dan jangan ngeres, berbagai kebijakan yang diambil harus berdasarkan pikiran yang jernih, bukan karena emosi," katanya.

Sebelumnya, Bamsoet juga telah menulis berbagai buku karyanya, yaitu Mahasiswa Gerakan dan Pemikiran (1990); Kelompok Cipayung, Pandangan dan Realita (1991); Ekonomi Indonesia 2020 (1995); Skandal Gila Bank Century (2010); Perang-perangan Melawan Korupsi (2011); Pilpres Abal-Abal Republik Amburadul (2011); Republik Galau (2012); dan Skandal Bank Century di Tikungan Terakhir (2013).

Selain itu, ada juga buku Presiden dalam Pusaran Politik Sengkuni (2013); 5 Kiat Praktis Menjadi Pengusaha No.1 (2013); Indonesia Gawat Darurat (2014); Republik Komedi 1/2 Presiden (2015); Ngeri-Ngeri Sedap (2017); Dari Wartawan ke Senayan (2018); Akal Sehat (2019), Jurus 4 Pilar (2020), dan Solusi Jalan Tengah (2020).

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020