"Kalau kesediaan membantu, seandainya di sana (tempat pengungsian di wilayah Kabupaten Magelang, red.) penuh, pasti (Kota Magelang, red.) membantu. Kewajiban kita menolong sesama," kata Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito setelah Apel Kesiapsiaagan Penanggulangan Bencana Tingkat Kota Magelang di Magelang, Rabu.
Hal yang sama, ujar dia, pernah dilakukan Pemkot Magelang saat terjadi erupsi Gunung Merapi pada 2010, di mana semua fasilitas di daerah tersebut diprioritaskan penggunaannya untuk pengungsian warga dari berbagai tempat di kawasan Gunung Merapi.
"Waktu erupsi 2010 lalu kita sediakan fasilitas untuk pengungsi," ujarnya dalam keterangan tertulis Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemkot Magelang.
Baca juga: BPBD Magelang imbau warga Merapi tetap tenang
Baca juga: Magelang hentikan sementara aktivitas wisata di kawasan Gunung Merapi
Walaupun demikian, katanya, sampai saat ini belum ada permintaan bantuan terkait hal tersebut ke Pemkot Magelang dari Pemkab Magelang.
Sigit yang tahun ini mengakhiri posisinya sebagai wali kota setelah menjabat selama dua periode tersebut, berharap aktivitas vulkanik Gunung Merapi segera normal.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menaikkan status aktivitas vulkanik Gunung Merapi dari level II (waspada) ke level III (siaga) pada Kamis (5/11), pukul 12.00 WIB. Pemkab Magelang menerapkan pengungsian warga dengan model "Desa Bersaudara".
Hingga saat ini sedikitnya 830 warga, terutama yang dinilai paling rentan bahaya erupsi Merapi, seperti lansia, perempuan, dan anak-anak, dievakuasi dari desa-desa mereka dengan kategori Kawasan Rawan Bencana (KRB) III ke berbagai tempat pengungsian "Desa Bersaudara".
Pihak Pemkab Magelang menyediakan berbagai sarana dan prasarana, serta pelayanan kepada mereka yang telah menempati pengungsian, termasuk tes cepat untuk mencegah penularan COVID-19. Sejumlah lokasi pengungsian dengan model "Desa Bersaudara" yang telah dibuka, antara lain Kecamatan Mertoyudan (Desa Deyangan dan Banyurojo), Kecamatan Muntilan (Tamanagung), dan Kecamatan Mungkid (Ngrajek).
Mitigasi
Terkait dengan apel, kata Sigit, sebagai kesiapsiagaan personel dalam penanggulangan dan mitigasi bencana.
"Apel ini untuk kesiapsiagaan kita dalam penanggulangan atau mitigasi bencana. Selama ini sudah baik, seperti kejadian angin tanggal 5 November lalu. Ini sinyal, sedia payung sebelum hujan," katanya.
Ia juga memastikan berbagai peralatan pendukung penanganan bencana alam berfungsi dengan baik, seperti gergaji mesin, perahu karet, dan tali.
Ketua Garda Relawan Indonesia (GRI) Kota Magelang Heri Prawoto mengatakan daerah setempat meskipun topografinya relatif kecil, tidak luput dari potensi bencana, terutama saat pancaroba seperti sekarang ini.
Untuk itu, katanya, kesiapsiagan tetap diperlukan, baik menyangkut sumber daya manusia maupun peralatan pendukung.
"Kota Magelang juga ada ancaman bencana, jadi perlu kita sikapi bersama. Awal pancaroba ini ada angin kencang, puting beliung, dan tanah longsor juga terjadi di Kota Magelang," katanya.
Ia menyebutkan beberapa waktu lalu terjadi angin kencang yang merobohkan puluhan pohon dan tanah longsor di tiga lokasi, yakni Nambangan, Wates, dan Paten Jurang.
Apel Kesiapsiaagan Penanggulangan Bencana Tingkat Kota Magelang di halaman depan kantor Wali Kota Magelang diikuti berbagai komponen, seperti TNI, Polri, Satpol Pamong Praja, petugas pemadam kebakaran, Tim SAR Kota Magelang, relawan dan instansi terkait lainnya.*
Baca juga: Hasil tes cepat pengungsi Gunung Merapi di Magelang 9 reaktif
Baca juga: Meningkat Siaga, warga desa di lereng Merapi mengungsi ke Ngrajek
Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020