Rusia menengahi konflik bersenjata antara Armenia dan Azerbaijan serta mendorong keduanya menandatangani perjanjian gencatan senjata, Selasa (10/11). Tentara Armenia dan Azerbaijan telah bertempur di Nagorno-Karabakh dan kota-kota sekitarnya selama kurang lebih enam minggu.
Nagorno-Karabakh merupakan wilayah di Azerbaijan yang dihuni oleh sebagian besar penduduk etnis Armenia.
Putin memberi tahu Aliyev ada sejumlah gereja dan biara di Nagorno-Karabakh, daerah pegunungan di Kaukasus Selatan.
"Terkait itu, dia (Putin) menekankan pentingnya memelihara keamanan dan memastikan aktivitas di gereja kembali berjalan normal," kata Kremlin.
Menurut pihak Kremlin, Aliyev menyebut permintaan itu sesuai dengan langkah yang akan ditempuh Azerbaijan.
Azerbaijan merupakan negara yang sebagian besar penduduknya beragama Islam.
Putin, Aliyev, dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan juga membahas beberapa aspek praktis dari perjanjian gencatan senjata, kata Kremlin.
Namun sejauh ini belum jelas apakah Putin telah menghubungi Aliyev dan Pashinyan lewat sambungan telepon yang terpisah.
Berdasarkan perjanjian gencatan senjata, 2.000 pasukan perdamaian Rusia akan menjaga wilayah Nagorno-Karabakh.
Sejak awal 1990-an, etnis Armenia memegang kendali militer di Nagorno-Karabakh dan sebagian besar daerah sekitar yang masuk wilayah Azerbaijan. Namun, mereka telah kehilangan pengaruh di banyak wilayah, termasuk di kota-kota sekitar.
Sumber: Reuters
Baca juga: Armenia, Azerbaijan, Rusia sepakat akhiri konflik Nagorno-Karabakh
Baca juga: OHCHR khawatir bentrok di Nagorno-Karabakh berujung kejahatan perang
Baca juga: Armenia, Azerbaijan sepakat untuk tak menyasar warga sipil
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020