• Beranda
  • Berita
  • Taiwan bahas TPP versi baru setelah tidak bisa bergabung dengan RCEP

Taiwan bahas TPP versi baru setelah tidak bisa bergabung dengan RCEP

16 November 2020 12:17 WIB
Taiwan bahas TPP versi baru setelah tidak bisa bergabung dengan RCEP
Ilustrasi--Bendera Taiwan. ANTARA/Reuters).

Mereka berharap kami tetap berhubungan

Taiwan yang ekonominya bergantung pada perdagangan telah membuat kemajuan yang "relatif" baik untuk bergabung dengan Kemitraan Trans-Pasifik (Trans-Pacific Partnership/TPP) versi baru setelah tidak bisa bergabung dengan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang didukung China.

Namun, Taiwan sedang menunggu aturan yang lebih jelas tentang keanggotaan TPP, kata kepala negosiator perdagangan pulau itu, Senin.

Walaupun Taiwan telah menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), banyak negara waspada dalam menandatangani kesepakatan perdagangan dengan Taiwan karena takut akan adanya keberatan dari China, yang mengklaim pulau demokratis itu sebagai wilayahnya.

Sementara itu, Taiwan telah mengupayakan akses yang lebih besar untuk bergabung dalam berbagai kesepakatan multilateral.

Baca juga: TAITRA gelar webinar perkenalkan produk manufaktur Taiwan
Baca juga: Empat perusahaan teknologi medis Taiwan siap rambah pasar Indonesia


Lima belas ekonomi di Asia-Pasifik membentuk blok perdagangan bebas terbesar di dunia pada Minggu, yakni Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang didukung China. Amerika Serikat maupun Taiwan tidak termasuk anggota RCEP.

Perusahaan teknologi Taiwan malah tertarik untuk bergabung dengan Perjanjian Komprehensif dan Progresif 11 negara untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP), yang ditandatangani pada 2018, lagi-lagi tanpa Amerika Serikat.

Menteri Taiwan tanpa portofolio John Deng, yang memimpin pembicaraan perdagangan, mengatakan kepada wartawan bahwa mereka telah menyatakan kesediaan untuk bergabung dengan CPTPP.

"Beberapa yang telah membuat kemajuan yang relatif baik (dalam mengajukan keanggotaan CPTPP) termasuk Inggris, Taiwan dan Thailand, dan kerja keras Taiwan disambut baik oleh banyak orang," kata Deng.

"Mereka berharap kami tetap berhubungan," ujar Deng seraya menambahkan bahwa Taiwan menunggu kelompok CPTPP membuat "aturan yang lebih jelas" tentang pengajuan keanggotaan.

Perjanjian awal yang beranggotakan 12 orang, yang dikenal sebagai Trans-Pacific Partnership (TPP), terlantar pada awal 2017 ketika Presiden AS Donald Trump menarik diri.

Oleh karena itu, perjanjian tersebut diganti namanya menjadi Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP) dan menghubungkan Kanada, Australia, Brunei, Chili, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam.

Taiwan telah menganggap kecil dampak RCEP terhadap ekonominya, dengan mengatakan bahwa 70 persen ekspornya ke negara-negara anggota RCEP, yang sebagian besar adalah produk elektronik, sudah bebas tarif.

Taiwan pada akhirnya berharap untuk menandatangani kesepakatan perdagangan bebas dengan Amerika Serikat, yang merupakan penjual senjata utama dan pendukung internasional terpenting bagi pulau itu.

Amerika Serikat dan Taiwan akan mengadakan pembicaraan ekonomi tingkat tinggi pada akhir pekan ini.

Sumber: Reuters

Baca juga: Perusahaan Taiwan bidik pasar teknologi kesehatan Indonesia
Baca juga: Pekan pameran industri kreatif Indonesia-Taiwan digelar di Malaysia

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020