Pemerintah Kabupaten Gresik, Jawa Timur menjadikan Damar Kurung atau lukisan lampion hias sebagai ikon daerah tersebut, setelah sebelumnya diakui menjadi warisan budaya tidak benda oleh pemerintah pusat.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Gresik AH Sinaga di Gresik, Selasa mengatakan, tujuan dijadikan ikon daerah untuk melestarikan budaya sebagai identitas Gresik, sehingga sektor pariwisata juga akan terbantu.
Menurut dia selama ini eksistensi Damar Kurung belum terlalu diangkat. Hanya beberapa momen acara saja ditampilkan. Bahkan, orang yang pertama kali ke Gresik pun mendengar Damar Kurung tapi tidak tahu wujudnya.
"Untuk lebih diangkat ke publik. Bupati Gresik juga akan mengeluarkan Surat Edaran (SE) agar seluruh instansi diimbau menampilkan Damar Kurung sebagai elemen hias interior maupun eksterior," katanya.
Ia menyebutkan instansi yang diimbau menampilkan Damar Kurung di antaranya perusahaan, pusat perbelanjaan, hotel, seluruh perkantoran, hingga kantor desa.
"Semua instansi dan perkantoran diimbau begitu. Untuk saat ini sifatnya imbauan. Tapi ke depan bisa saja diwajibkan," katanya
Selain itu, khusus untuk perhotelan, pihaknya berencana akan mengusulkan pada pengelola terkait pemasangan lampu di kamar hotel menggunakan Damar Kurung.
"Sebetulnya, kami juga ingin membangun ikon Damar Kurung di pusat kota. Dengan begitu, Damar Kurung bisa lebih dikenal," katanya.
Selain Damar Kurung, Budaya Sanggring Gresik (Kolak Ayam) Gumeno Manyar juga telah dijadikan warisan budaya tak rbenda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penetapan warisan budaya itu berdasarkan sertifikat Kemendikbud 103618/MPK.E/KB/2019 untuk budaya Sanggring Gumeno (Kolak Ayam).
Ia mengatakan dengan adanya dua sertifikat dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan itu, daerah lain tak bisa mengklaim atau menjiplak sebagai warisan budayanya.
"Dua warisan tradisional asli Gresik itu resmi menjadi warisan budaya Indonesia, dan tugas kami akan terus melestarikannya ke generasi milenial," demikian AH Sinaga.
Terkait Damar Kurung, dalam berbagi literatur disebutkan adanya sosok Sriwati Masmundari -- atau lebih dikenal dengan Masmundari -- seorang seniman Indonesia dari Kampung Telogo Pojok, Gresik (Januari 1904 - 25 Desember 2005).
Ia dikenal sebagai pelukis Damar Kurung, salah satu jenis lentera asli Indonesia.
Karya Masmundari umumnya mengambil objek kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang dilihatnya, misalnya pesta pernikahan, Lebaran, atau
penggusuran, ditorehkan pada kertas lukis yang dibentuk menyerupai lampion.
Gaya inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan Damar Kurung. Alirannya cenderung bersifat naratif, bahkan naif. Ini dapat
dilihat, misalnya, melalui penggunaan simbol anak panah untuk menggambarkan angin.
Baca juga: Lontar Sewu, desa yang dulu dikenal memabukkan kini jadi jujugan
Baca juga: Songkok Gresik pun terdampak demam Asian Games
Baca juga: Pasar bandeng tradisi warga Gresik akhiri Ramadhan
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020