"Menjaga kehidupan digital seorang anak remaja memang menantang, dan banyak orangtua yang kesulitan mengikuti perkembangan teknologi serta aplikasi yang anak mereka gunakan," kata Arjun Narayan, Director Trust & Safety, TikTok, Asia Pacific, melalui keterangannya, Rabu.
"Fitur Family Pairing diciptakan untuk membantu orangtua dalam melakukan edukasi tentang keamanan digital dan menentukan pengalaman apa yang terbaik untuk keluarga mereka," imbuhnya.
Fitur ini secara langsung cara ini dapat mengatur bagaimana anak mereka menemukan konten sekaligus mengontrol keamanannya. Diciptakan untuk para orangtua, penambahan fitur ini ditujukan untuk memulai kesejahteraan digital dan edukasi mengenai keamanan daring.
Penambahan fitur ini meliputi pencarian, yang digunakan untuk menentukan apakah anak remaja bisa mencari konten, pengguna, hastag, atau suara.
Lalu ada juga komentar, yang menentukan siapa yang dapat memberikan komentar dalam video anak remaja (semua pengguna, teman, atau tidak ada).
Lebih lanjut, penemuan, yang menentukan apakah akun anak remaja berstatus privat (anak remaja akan memutuskan siapa yang dapat melihat kontennya) atau publik (siapapun dapat mencari dan melihat kontennya).
Serta ada juga video yang disukai, yang menentukan siapa yang dapat melihat video yang disukai anak remaja.
Fitur Family Pairing memungkinkan orangtua untuk menghubungkan akun TikTok mereka dengan akun anak remaja mereka, sudah mencakup berbagai fitur, seperti kontrol Manajemen Waktu Layar, Mode Terbatas, dan Pesan Langsung untuk menyediakan masukan serta kontrol kepada orangtua tentang bagaimana anak remaja mereka menggunakan TikTok.
TikTok juga telah mengambil sejumlah langkah selama beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan tim, kebijakan, kontrol, dan sumber daya edukasi.
Selain perangkat bagi keluarga, platform ini juga terus memperkuat keamanan anak muda dan kebijakan mengenai kesejahteraan. Baru-baru ini, TikTok menambahkan lebih banyak panduan dan sumber daya untuk mendukung body positivity di dalam komunitas dan menghapus konten berbahaya seperti ujaran kebencian.
TikTok tidak mengizinkan gambar atau video dikirim dalam kolom komentar atau pesan, karena penelitian telah memperlihatkan bagaimana penyebaran konten seksual mempengaruhi tingkat kekerasan pada anak, terutama video yang memiliki enkripsi.
TikTok juga telah menjalin kemitraan global untuk melawan eksploitasi terhadap anak dan menghapus konten, menurunkan akun, dan bermitra dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan lembaga penegak hukum.
Baca juga: TikTok perluas fitur berikan orang tua kontrol lebih ke akun anak
Baca juga: Jual-beli TikTok di AS mundur 15 hari
Baca juga: AS masih ingin memblokir TikTok
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020