Perpustakaan Nasional sebagai pengelola International Standard Book Number (ISBN) menyatakan permohonan ISBN buku cetak dan digital mengalami kenaikan selama pandemi COVID-19.Kreativitas penulis dan penerbit di masa pandemi telah menghasilkan karya tulis
"Perpustakaan Nasional RI sebagai lembaga pengelola ISBN mencatat sejak Januari hingga 16 November 2020, permohonan ISBN buku cetak dan buku digital (ebook) mencapai 112.263 judul dengan 121.393 ISBN. Sebagai perbandingan, selama Januari hingga akhir November 2019, permohonan ISBN tercatat 106.088 judul dengan 113.971 ISBN," ujar Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Dia menambahkan setelah kasus positif COVID-19 pertama terkonfirmasi di Indonesia pada awal Maret 2020, Perpusnas mencermati judul yang diajukan oleh penerbit.
Fakta menarik menunjukkan tingginya minat masyarakat untuk menghasilkan bahan bacaan mengenai COVID-19.
Syarif Bando menyatakan selama Maret hingga 12 November 2020, tercatat ada 1.476 judul permohonan ISBN bertema COVID-19.
"Kreativitas penulis dan penerbit di masa pandemi telah menghasilkan karya tulis yang dikemas dalam berbagai sudut pandang. Tema covid tertuang dalam bentuk puisi, cerita/novel, penelitian ilmiah, informasi umum, aspek kesehatan, aspek ekonomi, aspek kerajinan dan kuliner serta aspek-aspek lainnya," kata Syarif dalam peluncuran interface baru layanan ISBN.
Syarif menekankan, Perpusnas berupaya untuk meningkatkan layanan ISBN baik dari segi prosedural maupun fasilitas. Sejak April 2018, seluruh layanan ISBN diberlakukan secara daring (online) melalui laman isbn.perpusnas.go.id dan meniadakan layanan tatap muka (onsite). Interface baru aplikasi ISBN merupakan pengembangan yang disesuaikan dengan kebutuhan layanan baik dari sisi admin penerbit maupun dari sisi admin ISBN.
Baca juga: Tingkatkan literasi masyarakat, Perpusnas bertransformasi
Baca juga: Perpusnas tingkatkan kesejahteraan masyarakat saat pandemi COVID-19
Saat perkembangan ebook mulai dirasakan kebermanfaatannya, kekhawatiran penerbit akan hilangnya dunia penerbitan buku diantisipasi dan disikapi dengan alih bentuk buku ke dalam format digital.
Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19, masyarakat diimbau untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, termasuk belajar dari rumah. Buku-buku pedoman pembelajaran mulai PAUD hingga sekolah menengah atas berubah, pembelajaran daring menjadi alternatif tepat dalam menekan penyebaran virus dan menjaga kesehatan anak didik, ujarnya.
"Saya berharap para penerbit ke depannya dapat mengimbangi penerbitan buku di era digitalisasi dengan mengambil peran dalam penerbitan buku dalam bentuk digital," terang dia.
Senada dengan hal tersebut, Deputi Bidang Pengembangan Bahan Perpustakaan dan Jasa Informasi Ofy Sofiana mengungkap perubahan interface layanan ISBN ini memberikan kemudahan bagi para penerbit.
"Kemudahan yang didapat terletak pada sisi registrasi, kemudahan penerbit menyampaikan informasi data buku, dan kemudahan yang terkait kendala-kendala dalam penyampaian berkas," jelas Ofy.
Selain peluncuran, kegiatan itu juga merupakan sosialiasi Interface baru aplikasi ISBN yang diikuti oleh para penerbit di Indonesia. ISBN adalah deretan angka 13 digit sebagai pemberi identifikasi unik secara internasional terhadap satu buku maupun produk seperti buku yang diterbitkan oleh penerbit.
Setiap nomor memberikan identifikasi unik untuk setiap terbitan buku dari setiap penerbit. Pada 1986, Perpusnas mulai mengimplementasikan tugas dan fungsinya sebagai agen ISBN. Hingga saat ini, Perpusnas sudah mengeluarkan 2.361.150 rentang ISBN yang telah didistribusikan kepada penerbit di seluruh Indonesia.
Baca juga: Perpusnas dorong kapasitas dan jumlah pustakawan profesional meningkat
Baca juga: Setiap tahun, Perpusnas hadirkan 500 perpustakaan desa
Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020