Lima kendaraan listrik yang pernah terbakar

19 November 2020 07:31 WIB
Lima kendaraan listrik yang pernah terbakar
Ilustrasi - Mobil listrik di tempat pengisian daya di depan gedung perkantoran. ANTARA/Shutterstock/pri.
Kendaraan listrik (EV), yang memberikan banyak manfaat bagi kualitas udara di berbagai negara yang sudah banyak mendistribusikan EV. Kini, para produsen otomotif yang terjun ke dunia EV sedang menghadapi tantangan setelah serangkaian kebakaran pada mobil-mobil bertenaga listrik di berbagai negara.

Berikut adalah beberapa penarikan dan investigasi kendaraan yang dihadapi pembuat kendaraan listrik di seluruh dunia.

1. Hyundai Motor

Setelah 16 EV Kona terbakar di Korea, Kanada dan Eropa selama dua tahun, Hyundai Motor Co semakin memperluas penarikan setidaknya 74.000 EV terlaris di Korea Selatan, Amerika Serikat, Eropa dan Kanada untuk memperbarui sistem manajemen baterainya.

Sekitar 23.000 Kona EV di Korea Selatan telah menyelesaikan peningkatan perangkat lunak, dengan 800 di antaranya ditemukan memiliki kecacatan baterai yang memerlukan penggantian modul yang rusak, menurut kantor anggota parlemen, Jang Kyung-tae, yang diberi pengarahan oleh kementerian transportasi Korea Selatan.

Hyundai, dalam pengajuan ke Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA) A.S. pada bulan Oktober, menyalahkan adanya "kerusakan internal pada sel-sel tertentu dari baterai lithium-ion yang meningkatkan risiko korsleting listrik".

Pembuat baterai, LG Chem Ltd membantah adanya kerusakan sel, mengatakan penyelidikan bersama sedang dilakukan.

2. General Motor

General Motors Co pada pekan lalu telah menarik hampir sekitar 69.000 Chevrolet Bolt EV di seluruh dunia yang menimbulkan risiko kebakaran setelah adanya kejadian lima kebakaran yang dilaporkan dan adanya dua cedera ringan.

Kendaraan yang terkena dampak akan mendapatkan pembaruan perangkat lunak baterai, membatasi biaya hingga 90 persen dari kapasitas.

Pada bulan Oktober, NHTSA membuka penyelidikan setelah meninjau laporan dari tiga Bolt EV yang terbakar di bawah jok belakang saat diparkir. Masalah ini mencakup 77.842 Bolt EV dari model tahun 2017 hingga 2020.

LG Chem adalah pemasok baterai.

Baca juga: Hyundai gabung BMW VW buat jaringan pengisian daya mobil listrik

Baca juga: Investasi pengembangan baterai langkah strategis menuju industri EV


3. Ford Motor

Pada bulan September, Ford Motor Co telah menarik kembali 20.500 EV plug-in hibrida Kuga di Eropa dan menangguhkan penjualan karena masalah kebakaran baterai. Ada tujuh kebakaran tapi tidak ada korban luka.

Ford menawarkan untuk mengganti seluruh paket baterai, dan mereka mengatakan bahwa penyebab utama telah diidentifikasi sebagai masalah kontaminasi sel baterai dalam proses produksi pemasoknya yang dapat menyebabkan "konsekuensi serius".

Penarikan Kuga, memaksa produsen mobil itu untuk mengumpulkan armadanya dengan pembuat mobil lain untuk menghindari adanya denda. Hal itu juga menunda produksi SUV Escape listrik plug-in di AS, yang berbagi baterai yang sama menjadi tahun depan.

Samsung SDI Co Ltd adalah pemasok baterai.

4. BMW

Di Amerika Serikat, Bayerische Motoren Werke AG (BMW) mengatakan akan melakukan kegiatan penarikan kembali kepada 4.509 EV plug-in hybrid, yang memiliki kemungkinan adanya puing-puing yang dapat memasuki sel baterai selama produksi di pemasok Samsung SDI.

"Hal ini dapat menyebabkan korsleting dan "peristiwa termal" yang dapat meningkatkan risiko cedera," kata BMW, menginstruksikan pengemudi untuk tidak mengisi daya kendaraan mereka yang dikutip dari Reuters, Kamis.

Secara keseluruhan, BMW telah menarik kembali sekitar 26.000 plug-in hybrids, kebanyakan di Eropa, karena masalah baterai yang potensial.

Seorang juru bicara Samsung SDI mengatakan, penyelidikan sedang dilakukan tentang penyebab kebakaran. BMW masih menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.

5. Tesla

NHTSA mengatakan, pada tahun lalu mereka sedang menyelidiki potensi cacat pada kendaraan Tesla Model S dan Model X tertentu yang dapat menyebabkan kebakaran meski tidak adanya tabrakan pada paket baterai yang terpengaruh.

Penyelidikan itu sebagai tanggapan atas petisi dari pengacara yang mewakili penggugat dalam gugatan class action yang diajukan terhadap pembuat mobil listrik tahun lalu.

Mereka mengklaim, Tesla membatasi jangkauan baterai kendaraan lama melalui pembaruan perangkat lunak untuk menghindari penarikan yang mahal untuk memperbaiki baterai yang diduga rusak.

Baca juga: DPR dorong kerja sama RI-Korea dalam mobil listrik

Baca juga: Siap-siap, Toyota mulai jual mobil listrik baterai di Indonesia

Baca juga: FCA dan ENGIE bentuk usaha patungan kembangkan mobil listrik

Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020