Ledakan itu terjadi di dekat wilayah tempat para diplomat asing beraktivitas. Usai ledakan, bunyi sirine meraung-raung dari sejumlah kantor kedutaan besar asing. Insiden itu terjadi dua hari jelang negara-negara donor dan Pemerintah Afghanistan bertemu di Jenewa, Swiss, pada 23-24 November 2020.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Tariq Arian, mengatakan tiga warga sipil tewas akibat serangan tersebut dan 11 orang luka-luka. Namun, seorang pejabat Kementerian Kesehatan mengatakan petugas mengangkut lima jenazah dan 21 orang yang luka-luka ke rumah sakit.
Arian mengatakan teroris memasang roket-roket di truk berukuran kecil untuk ditembakkan ke arah pemukiman warga. Otoritas keamanan di Afghanistan masih berlangsung untuk mengetahui bagaimana kendaraan itu masuk ke dalam kota.
Sejumlah warga merekam peristiwa roket terbakar dan tayangan itu kemudian diunggah ke media sosial. Beberapa foto yang tersebar di media sosial Facebook menunjukkan banyak mobil rusak serta ada lubang besar di sisi samping sebuah bangunan.
Taliban menyebut serangan itu tidak dilakukan oleh pihaknya. Taliban merupakan kelompok ekstremis yang lama berusaha merebut kekuasaan dari Pemerintah Afghanistan.
Walaupun demikian, serangan teror dari Taliban dan kelompok radikal lainnya terus meningkat sejak perundingan damai antara Taliban dan Pemerintah Afghanistan mandek. Sebagian besar teror diluncurkan di Kabul, kota berpenduduk lebih dari lima juta jiwa.
Beberapa pria bersenjata pada awal bulan ini menembak warga di Universitas Kabul. Aksi itu menyebabkan 35 orang tewas dan lebih dari 50 orang lainnya luka-luka. Sebagian besar korban adalah mahasiswa.
IS mengklaim bertanggung jawab atas penembakan tersebut.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menlu RI desak DK PBB hentikan kekerasan di Afghanistan
Baca juga: Tentara Australia yang bunuh tahanan di Afghanistan akan diadili
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020