• Beranda
  • Berita
  • BATAN ingatkan manfaat nuklir untuk teknologi pangan dan kesehatan

BATAN ingatkan manfaat nuklir untuk teknologi pangan dan kesehatan

24 November 2020 17:27 WIB
BATAN ingatkan manfaat nuklir untuk teknologi pangan dan kesehatan
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Anhar Riza Antariksawan (kiri) saat wawancara Podcast Berisik di Kantor Berita ANTARA, Jakarta, Selasa (24/11/2020). (ANTARA/Rivan)
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Anhar Riza Antariksawan mengingatkan manfaat nuklir untuk teknologi pangan dan kesehatan.

"Manfaatnya banyak, misalnya dengan radiasi kita punya cara melihat apa yang ada di dalam tubuh kita, dimana dengan kasat mata tidak bisa. Rontgen thorax itu menggunakan nuklir, pakai radiasi," kata Anhar saat wawancara dalam Podcast Berisik di Kantor Berita ANTARA di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan rontgen terbukti mampu membantu dokter untuk memantau kesehatan tubuh seorang pasien dan dapat ditentukan langkah medis yang perlu secara akurat.

Baca juga: Nuklir yang memiliki manfaat bagi kesehatan

Baca juga: Batan: Manfaat teknologi iradiasi untuk pangan hingga alat kesehatan


Contoh lain, kata dia, radiasi nuklir juga bisa mendeteksi ukuran dan lokasi kanker dari pasien. Caranya, pasien diberi materi radioaktif dosis rendah. Materi tersebut akan menuju lokasi kanker dan dengan detektor dapat dipetakan letak sel bermasalah pada pasien tersebut.

"Radiasi bisa dari luar dan dalam. Dari dalam tubuh seperti memasukkan materi radioaktif ke tubuh dengan dosis kecil, setelah masuk ke organ tertentu, gambarnya bisa ditangkap detektor dan pesan diubah menjadi gambar, sehingga bisa diketahui secara persis ukuran kankernya, bentuknya seperti apa. Dengan itu, dokter bedah tidak perlu membongkar bagian tubuh pasien terlalu banyak, karena tahu di mana posisi kankernya," kata dia.

Pada bidang pangan, Anhar mengatakan teknologi nuklir bisa membuat produk pangan ekspor lebih tahan lama, sehingga meningkatkan nilai ekonominya, tetapi produk tetap memiliki standar aman dikonsumsi.

"Banyak produk seafood kita tidak tahan lama, sehingga ketika mau ekspor sudah akan busuk di jalan, tidak bisa melewati karantina banyak bakteri di buah atau seafood. Tapi, dengan radiasi itu bisa dihilangkan kemudian buah dan seafood masa simpannya semakin lama, begitu juga makanan tertentu. Penerapan itu sudah kita lakukan. Fasilitasnya ada di Serpong, Tangerang, digunakan banyak perusahaan, sudah ada 100-an perusahaan," katanya.

Baca juga: Batan menyebut 77,53 persen masyarakat Indonesia dukung pembangunan PLTN

Anhar mengatakan peran teknologi nuklir seperti disebut di atas adalah sedikit contoh manfaat bagi aspek pangan dan kesehatan. Masih banyak manfaat lain.

Kepala BATAN mengatakan selama teknologi nuklir diselenggarakan secara seksama, keamanan dan keselamatan dapat terjamin. Ada kekhawatiran masyarakat mengenai dampak negatif nuklir dan radiasinya. Dia tidak menampik fakta itu pernah terjadi tragedi teknologi nuklir di Chernobyl, Rusia dan di Fukushima Daiichi, Jepang.

Ia mengatakan kerusakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima Daiichi yang merupakan teknologi generasi kedua sejatinya sudah diantisipasi dari gempa bumi. Tetapi, teknologi generasi 2 belum mengantisipasi kerusakan fasilitas karena tsunami.

Akan tetapi, kata dia, teknologi keamanan dan keselamatan fasilitas nuklir sudah banyak kemajuan dan tergolong baik. "Korban dari radiasi itu hampir tidak ada, bahkan di Chernobyl juga tidak sebesar yang dikhawatirkan, tapi akibat psikologisnya lumayan," katanya.

Fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, lanjut dia, kini sudah masuk generasi 3 dan menuju 4 dengan teknologi keamanan yang lebih baik.

Baca juga: Batan kembangkan 10 persen varietas padi

Baca juga: Indonesia siap bangun reaktor nuklir kecil-menengah


"Sekarang fasilitas nuklir sudah generasi 3. Teknologi keamanan dan keselamatannya sudah berbeda, bahkan diklaim desainernya secara teknis, di BATAN juga mengkaji, memang bisa menghalangi terjadinya kejadian seperti di Fukusima Daiichi. Secara ilmiah bisa dibuktikan, sehingga probabilitas kejadian seperti di Fukushima Daiichi itu bisa menjadi lebih kecil," katanya.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020