"Masyarakat juga diharapkan lebih teliti dalam mengakses berita terkait Merapi, agar tidak terpengaruh oleh kabar hoaks. Supaya tidak terjadi keresahan di masyarakat, terlebih dalam masa pandemi seperti saat ini," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman Joko Supriyatno di Sleman, Rabu.
Baca juga: Masyarakat diharap tetap tenang sikapi Merapi
Menurut dia, hal tersebut merupakan hasil dari rapat koordinasi penanganan darurat erupsi Gunung Merapi yang diselenggarakan di Aula lantai 3 Setda Kabupaten Sleman pada Selasa (24/11) sore.
"Rakor juga dihadiri Ir Dewi Sri Sayudi, Perekayasa Ahli Madya BPPTTKG-PVMBG-Badan Geologi," katanya.
Baca juga: Gunung Merapi sembilan kali keluarkan suara guguran
Ia mengatakan, dalam rakor tersebut BPPTKG menyebutkan bahwa saat ini data pemantauan baik seismik maupun deformasi masih tinggi dan aktivitas guguran meningkat, menunjukkan dekatnya waktu erupsi.
"Namun jika terjadi erupsi eksplosif kemungkinan tidak sebesar erupsi tahun 2010," katanya.
Baca juga: Gunung Merapi mengalami 59 kali gempa guguran
Berdasarkan beberapa fakta bahwa tidak terjadinya kegempaan dalam, migrasi magma berlangsung pelan, jumlah dan pola kegempaan peningkatan kegempaan serta deformasi EDM bersifat efusif mengikuti pola tahun 2006, dan banyaknya gempa embusan menandakan lepasnya gas.
Rapat koordinasi turut diikuti sejumlah pimpinan OPD terkait, TNI Polri, lurah dan kapanewon yang berada di daerah rawan terdampak erupsi, serta sejumlah relawan.
Baca juga: BPPTKG: Magma Gunung Merapi semakin ke permukaan
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2020