Aktris sekaligus penyanyi Dewi Yull mengungkapkan keinginan dan harapannya agar film Indonesia mulai dilengkapi dengan teks percakapan (subtitle) agar penyandang tuli dapat ikut menyaksikan dan mendukung film Indonesia......tapi film Indonesia tidak ada. Rasanya seperti menonton film tanpa suara
"Di perfilman nasional, adanya subtitle atau teks di film perlu diperjuangkan. Anak-anak saya yang tuli, lebih memilih untuk menonton film luar negeri karena ada teksnya, tapi film Indonesia tidak ada. Rasanya seperti menonton film tanpa suara," kata Dewi Yull dalam pembukaan Kompetisi TIK Secara Daring bagi Disabilitas Tingkat Nasional oleh Kominfo, Jumat.
Ia berharap, pemerintah maupun melalui Kementerian Kominfo RI mampu menjembatani hal tersebut, agar film Indonesia bisa lebih inklusif lagi untuk dinikmati.
Baca juga: Sineas Indonesia optimistis industri perfilman membaik di 2021
"Semoga Kominfo bisa menjembatani hal itu, agar teman-teman tuli juga bisa mencintai film Indonesia," kata ibu yang memiliki dua anak tuli tersebut.
Lebih lanjut, Dewi memberikan dukungan kepada guru dan orangtua yang dikaruniai anak difabel. Ia berharap, guru dan orangtua tidak pernah lelah menyemangati, dan tidak perlu membedakan, serta lebih banyak mendengarkan.
"Jangan pernah lelah beri semangat, tidak perlu membedakan, dengarkan apa mau mereka. Saya tidak membedakan, kalau mereka berprestasi, kita berikan apresiasi. Pun dengan kesalahan, kita boleh tegur," katanya.
Memiliki dua anak tuli tidak pernah dianggap Dewi sebagai suatu hal yang memberatkan hidupnya. Justru ia merasa kehadiran anak-anaknya, dengan kondisi apa pun, sebagai kado terindah dari Tuhan.
Baca juga: Perfilman Indonesia butuh lebih banyak literasi untuk mendunia
Wanita yang akrab dengan gaya berhijabnya yang elegan itu melanjutkan, bahwa kekurangan yang terlihat merupakan kelebihan yang tersembunyi.
"Tuhan itu adil dan penyayang. Teman-teman difabel itu peluangnya sama untuk meraih mimpi dan cita-cita setinggi langit. Mari dengarkan, apa yang mereka ingin harapkan. Dan orang tua, guru, percakapan jangan selalu searah," kata Dewi.
"Tetap semangat untuk para pendidik, orangtua. Terus berikan kasih sayang, mau mendengar, beri kesempatan untuk buktikan bakat yang belum tertampang," pungkasnya.
Baru-baru ini, anak bungsu Dewi yaitu Panji Surya Sahetapy lulus dari Associate of Science in Applied Liberal Arts -Immersions: ASL & Deaf Studies di New York, dengan gelar Cum Laude.
Seperti sang ibu, selain berprestasi, ternyata Surya juga dikenal sebagai seorang aktivitis tuli. Lewat Instagram-nya, Surya kerap membagikan terkait bahasa isyarat.
Sementara Menteri Kominfo Jhonny G Plate mengatakan bahwa pemerintah selalu memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada kaum difabel untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas mereka.
Kompetisi TIK Secara Daring bagi Disabilitas Tingkat Nasional ini juga merupakan upaya Kementerian Kominfo dan BAKTI untuk memperluas kesempatan dan mengembangkan ekosistem digital yang lebih inklusif di Indonesia.
"Terdapat ruang luas untuk memastikan akses digital yang setara untuk teman-teman difabel, agar mampu meningkatkan kapasitas dan kapabilitas mereka," kata Johnny menambahkan.
Baca juga: Perkuat cerita sebelum jadikan film Indonesia alat diplomasi
Baca juga: Film animasi "Battle of Surabaya" diputar di festival budaya Argentina
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020