"Jangan sampai ulama menyampaikan dakwah yang mengandung unsur radikalisme, apalagi terorisme,” ujar Anwar Sanusi dalam keterangan yang diterima, Minggu.
Menurut dia, tidak dapat dipungkiri bahwa sejarah kemerdekaan Indonesia lahir dari peran penting para ulama. Ulama adalah teladan tidak hanya dalam aspek keagamaan, tetapi panutan dalam perilaku berbangsa dan bernegara.
Untuk itu, dia berharap dakwah ulama harus menyatukan bukan memecah belah masyarakat. Nasehat ulama adalah mengedukasi bukan memprovokasi.
Lebih lanjut, Anwar menyebut bahwa memang di dalam berdakwah diwajibkan untuk mengajak dengan lemah lembut, mengajak dengan bahasa yang santun.
Baca juga: Ketum terpilih: Umat menunggu kiprah MUI
Baca juga: KH Miftachul Achyar jadi Ketua Umum MUI
Baca juga: Munas MUI bahas empat fatwa haji
Baca juga: Ketua Umum sebut MUI tetap jadikan Islam moderat arus utama
Kalau ada ada yang menamakan dirinya ulama tapi bertutur bahasa yang kasar, memecah belah maka yang disampaikan itu bisa dibilang bukan menyampaikan ajaran Islam secara baik.
”Ulama harus bisa memberikan contoh dan teladan yang baik pada masyarakat. Meskipun memang terkadang ada penyampaian beberapa ulama, beberapa tokoh masyarakat yang seolah-olah memprovokasi. Tapi yang buruk-buruk itu janganlah diikuti,” tuturnya.
Mantan anggota Majelis Tinggi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu juga menyampaikan Islam itu justru mengajak dan memberikan penjelasan kepada masyarakat dengan pernyataan yang baik dan santun.
”Boleh saja memberi semangat, tetapi tidak harus dengan cara-cara seperti itu, yang membuat gaduh atau tidak kondusif. Jangan memberikan contoh yang tidak baik terutama kepada anak-anak muda,” ucapnya.
Anwar mengingatkan untuk para generasi muda khususnya generasi muda Islam untuk mempelajari Islam secara baik dan benar. Lalu bedakan juga antara ajaran Islam dengan tokoh-tokoh Islam karena itu adalah dua hal yang berbeda.
”Generasi muda belajarlah kepada tokoh-tokoh atau ulama yang betul-betul mendalami Islam secara benar,” ujar mantan anggota DPR RI periode 1997-2014 dari fraksi PPP itu.
Selain itu, Anwar menyampaikan antara ulama dan umara (pemerintah) itu harus bersatu padu. Ia juga mengingatkan agar jangan lupa bahwa pemerintah juga harus mendengarkan fatwa-fatwa alim ulama sehingga jika ada kritik-kritik kepada pemerintah itu adalah hal yang biasa.
”Kalau memang ada kritik-kritik dari para alim ulama yang disampaikan dengan baik, saya kira itu juga bagus untuk dilaksanakan. Kalau sekiranya kurang bagus ya tidak usah diikuti. Tetapi prinsipnya ulama dan umara itu bersama membangun negara baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur,” ujarnya.
Dalam hal ini ia mendukung langkah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang menggandeng LPOI dan LPOK membentuk Gugus Tugas Pemuka Agama dalam rangka pencegahan paham radikal terorisme.
Menurut dia, ulama dan umara memang harus bersinergi. Apalagi gugus tugas ini melibatkan berbagai ormas baik dari ormas Islam maupun dari non-Islam.
”Banyak dari mereka (ormas) ini lahir sebelum negara ini merdeka, jadi gugus tugas ini memang kebersamaannya untuk membangun menuju negara seperti yang dicita-citakan para founding fathers kita. NKRI yang terdiri dari berbagai macam suku, agama dan budaya bisa mencapai satu tujuan indonesia yang sejahtera,” jelasnya.
Pewarta: Joko Susilo
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020