• Beranda
  • Berita
  • Lima kecamatan di Rejang Lebong kembangkan tanaman kopi arabika

Lima kecamatan di Rejang Lebong kembangkan tanaman kopi arabika

29 November 2020 21:02 WIB
Lima kecamatan di Rejang Lebong  kembangkan tanaman kopi arabika
Penjemuran kopi kualitas asalan yang dihasilkan petani di Kabupaten Rejang Lebong. ANTARA/dok.antarabengkulu.com.
Pejabat Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu menyebutkan lima kecamatan di daerah itu saat ini menjadi lokasi pengembangan tanaman kopi jenis arabika.

Kepala Bidang Perkebunan Distankan Rejang Lebong M Yusup saat dihubungi di Rejang Lebong, Minggu, mengatakan usaha perkebunan kopi yang ditekuni masyarakat di wilayah itu terbanyak adalah budidaya kopi jenis robusta dengan luasan areal perkebunan rakyat mencapai 23.104 hektare.

"Untuk pengembangan kopi jenis arabika di Kabupaten Rejang Lebong ini masih sedikit, baru ada lima kecamatan yang mengembangkannya yakni Kecamatan Curup Selatan, Selupu Rejang, Bermani Ulu, Sindang Kelingi dan Sindang Dataran," kata dia.

Tanaman kopi arabika yang dikembangkan warga dalam lima kecamatan ini total luasannya sekitar 529 hektare dengan produksi rata-ratanya sebesar 716 kg per hektare.

Luasan kebun kopi arabika ini kata dia, masih kalah dengan kopi robusta yang ditanam warga dalam 15 kecamatan dengan total luas mencapai 23.104 hektare, di mana lokasi terkecil berada di Kecamatan Curup yang kini tersisa 1/4 hektare, dengan rata-rata produksi 769 kg per hektare.

Sementara itu Duta Kopi Rejang Lebong, Reni Susanti ditempat terpisah mengatakan jika petani kopi di Rejang Lebong sebagian sudah tidak lagi menjual hasil kebunnya dalam bentuk bijian tetapi sudah dilakukan pengolahan menjadi bubuk kopi sehingga nilai jualnya lebih tinggi.

Selain adanya pengolahan bubuk kopi kata Reni, kalangan petani di Rejang Lebong juga mulai mengubah pola petik dari kualitas asalan menjadi kopi petik merah sehingga harga jualnya lebih tinggi dan bisa menembus pasaran nasional dan internasional.

"Saat ini panen kopi petik merah mulai banyak dilakukan petani kita karena harga jualnya untuk kualitas premium mulai dari Rp30.000 hingga Rp40.000 per kg, sedangkan biji kopi kualitas asalan di bawah Rp20.000 per kg," jelas dia.

Dengan melakukan pola petik panen merah ini tambah dia, maka petani di daerah itu selain bisa menjual biji kopi dengan harga tinggi juga bisa mengolahnya menjadi bubuk kopi premium dengan membuat merek dagang sendiri dan kemudian dipasarkan secara luas melalui media sosial.
Baca juga: Pakar: kopi sumsel harus mendunia dengan identitas sendiri
Baca juga: Kopi Temanggung simpan potensi ekspor tinggi, aromanya kuat dan khas
Baca juga: Kopi Gayo diusulkan masuk bursa komoditi di New York AS

 

Pewarta: Nur Muhamad
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020