• Beranda
  • Berita
  • Rektor IAIN Palu: Jangan beri ruang kelompok MIT

Rektor IAIN Palu: Jangan beri ruang kelompok MIT

30 November 2020 09:25 WIB
Rektor IAIN Palu: Jangan beri ruang kelompok MIT
Rektor IAIN Palu Prof Dr H Sagaf S Pettalongi MPd (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Tidak ada agama yang menganjurkan pemeluknya untuk membunuh orang lain, yang tidak se-keyakinan, sependapat

Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, Prof Dr H Sagaf S Pettalongi MPd menyatakan kepada semua pihak di Indonesia secara khusus Sulteng, untuk tidak memberikan ruang kepada kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

"Semua komponen yang ada di Indonesia secara umum, terkhusus untuk Sulawesi Tengah, mulai dari pemerintah, TNI dan Polri, umat beragama, tokoh agama, organisasi keagamaan, dan masyarakat, harus bersatu padu melawan gerakan radikalisme dan terorisme oleh MIT," ujar Prof Sagaf S Pettalongi MPd, di kota Palu, Senin, menanggapi aksis kekerasan yang dilakukan oleh kelompok MIT di Kabupaten Sigi.

Prof Sagaf mengatakan, kekerasan berupa pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok MIT di Kabupaten Sigi, merupakan tindakan biadab, tidak berkeprimanusiaan. Karena itu, tidak dapat ditolerir perbuatan tersebut.

Selain itu, perbuatan kekerasan berupa pembunuhan empat warga Desa Lembantongoa, merupakan tindakan yang bertentangan dengan agama apapun.

Baca juga: Polisi menduga pelaku kekerasan di Sigi kelompok MIT Poso

Baca juga: Kelompok Ali Kalora minta perbekalan dari masyarakat


"Tidak ada agama yang menganjurkan pemeluknya untuk membunuh orang lain, yang tidak se-keyakinan, sependapat," ucap dia menegaskan.

Atas sejumlah aksi kekerasan yang telah dilakukan oleh kelompok MIT, Prof Sagaf mengajak kepada semua pihak agar tidak membantu kelompok MIT. Dengan tidak memberikan kelompok MIT bantuan makanan, informasi dan sebagainya.

Selain itu, Prof Sagaf juga mengemukakan bahwa langkah deradikalisasi sebagai bentuk pencegahan tumbuh dan berkembangnya faham radikalisme dan terorisme perlu digencarkan oleh pemerintah dan tokoh agama, serta ormas keagamaan, di Sulteng.

Upaya memutus mata rantai penyebaran faham radikalisme dan terorisme ini sangat penting dilakukan.

Prof Sagaf juga mengajak kepada semua pihak untuk mendukung penuh pihak TNI-Polri dalam upaya memberantas terorisme di Indonesia dan di Sulteng.

"Kita harus dukung Polri dan TNI, dalam memberantas terorisme dan radikalisme, salah satunya dengan tidak membocorkan langkah strategis pihak TNI dan Polri, kepada kelompok MIT," ujarnya.

Berkaitan dengan itu, Satuan Tugas TNI-Polri Operasi Tinombala terus memburu terduga pelaku kekerasan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, yang diduga dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, pimpinan Ali Kalora.

"Sekarang sedang kami pelajari dengan pengintaian kemudian lewat lain sebagainya. Kami berusaha terus mengejar mereka," kata Komandan Korem 132/Tadulako, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf.

Ia mengatakan personel TNI yang terlibat dalam Satgas Tinombala dilengkapi pasukan mengejar, intel, dan pasukan Satgas teritorial.

"Tugas kami adalah memperkuat pasukan Tinombala yang saat ini dipimpin oleh Bapak Kapolda dan saya sebagai wakilnya dan sejauh ini menurut saya sinergitas TNI-Polri sangat efektif sehingga membuat kelompok MIT Poso terdesak sehingga mereka merasa terancam dan melakukan jalur yang lain," tutur-nya.

Baca juga: DPR minta Satgas Tinombala-SGI berantas kelompok Mujahidin Indonesia Timur

Baca juga: Kekerasan di Sigi dilakukan delapan DPO MIT Poso


Ia pun mengimbau kepada semua pihak dan masyarakat untuk bisa bekerja sama agar perburuan terhadap kelompok sipil bersenjata MIT Poso bisa segara berakhir dan masyarakat bisa beraktivitas dengan tenang.

"Saya mengimbau, tolonglah masyarakat jangan lagi membantu mereka dengan menyiapkan bahan makanan, menyiapkan informasi dimana keberadaan pasukan TNI-Polri yang mengejar mereka," imbuh-nya berharap.

"Itu (beru informasi) setop sudah, karena bisa dilihat bagaimana kekejaman MIT itu melakukan tindakan kekerasan, membunuh, membakar orang, merampok dan membakar rumah, itu sangat keterlaluan," kata Danrem Tadulaku menegaskan.

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020