TKP dan pengungsian Sigi dijaga ketat polisi

30 November 2020 22:13 WIB
TKP dan pengungsian Sigi dijaga ketat polisi
Sejumlah warga berjaga di rumah duka korban penyerangan kelompok terduga teroris di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (29/11/2020). ANTARA/Mohamad Hamzah/aww/aa.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Kepolisian Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi Awi Setiyono, mengatakan Polda Sulawesi Tengah dan Polres Sigi mengerahkan satu peleton Brimob dan 20 anggota gabungan dari Reserse dan Intelkam untuk berjaga di lokasi tempat kejadian perkara (TKP) pembakaran dan pembunuhan satu keluarga di Sigi, Sulawesi Tengah, serta di lokasi pengungsian.

"Di pengungsian dan di TKP sampai saat ini ditempatkan satu peleton Brimob, 20 gabungan Reserse dan Intelkam dari Polda Sulteng dan Polres Sigi," ujar dia, di Jakarta, Senin.

Baca juga: Kepala Polda Sulteng terima tokoh lintas agama terkait kekerasan Sigi

Menurut dia, saat ini ada sebanyak 49 Kepala Keluarga yang mengungsi pasca-kejadian pembakaran dan pembunuhan satu keluarga di Sigi. Puluhan keluarga tersebut berada di Balai Desa Lembantongoa, Sigi.

Satgas Tinombala TNI-Polri saat ini masih mengejar kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Ali Kalora pasca pembunuhan sadis itu. "Semoga tim di sana bisa segera menangkap Ali Kalora cs," katanya.

Operasi oleh Satuan Tugas Tinombala diinisiasi Satuan Tugas Camar Maleo bertahun-tahun lalu untuk memberantas gerombolan pengacau yang dipimpin Santoso. Pentolan ini akhirnya bisa dieliminasi oleh personel Satuan Tugas Tinombala namun kehadirannya digantikan oleh tangan kanannya, Ali Kalora. 

Baca juga: GP dI Sulteng serukan doa-puasa satu hari untuk korban kekerasan Sigi

Sebelumnya pada Jumat (27/11) pagi sekitar pukul 10.00 WITA, satu keluarga yang terdiri atas empat orang di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah diduga dibunuh oleh kelompok MIT yang dipimpin Ali Kalora.

Keempat korban yang dibunuh kelompok ini adalah Yasa selaku kepala rumah tangga, Pinu, Nata alias Papa Jana alias Naka dan Pedi.

Tidak hanya membunuh keluarga Yasa, Ali Kalora cs juga mengambil stok beras 40 kg dan rempah-rempah milik keluarga tersebut dan membakar enam rumah. Pasca peristiwa pembunuhan itu, para warga transmigran di wilayah tersebut mengungsi sementara karena merasa khawatir akan keselamatan jiwa mereka.

Baca juga: Presiden mengutuk keras tindakan tidak beradab di Sigi
 

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020