Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 4 Jawa Timur Bambang Mukti Riyadi menyebut sinyal pemulihan ekonomi Jatim mulai terlihat, namun intermediasi industri keuangan masih tertekan.pemulihan ekonomi di Jatim mulai terlihat dengan data penjualan kendaraan bermotor yang meningkat 20 persen pada September 2020 secara month to month (mtm).
Bambang, dalam laporan Industri Jasa Keuangan (IJK) dan Proyeksi 2021 kepada media di Surabaya, Selasa, mengatakan pemulihan ekonomi di Jatim mulai terlihat dengan data penjualan kendaraan bermotor yang meningkat 20 persen pada September 2020 secara month to month (mtm).
Kemudian, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur naik tipis, yakni pada September sebesar 47,2 menjadi 47,8 pada Oktober 2020, serta non performing loan (NPL) Perbankan dan non performing financing (NPF) Pembiayaan yang termitigasi dengan baik, yakni NPL Perbankan Oktober 2020 sebesar 3,3 persen, kemudian NPF Oktober sebesar 4,9 persen.
Baca juga: Sri Mulyani: Eksekusi belanja pemda untuk COVID dan PEN sangat lambat
Sementara itu sektor keuangan di Jatim, Bambang menyebutkan, stabilitas sektor jasa keuangan sampai triwulan III 2020 cukup baik, terlihat dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) disaat pendemi yang menglami pertumbuhan sebesar 8,7 persen secara yoy pada Oktober 2020, dibandingkan posisi September 2020 tumbuh sebesar 7,9 persen.
"Peningkatan ini dikarenakan adanya fenomena ketidakpastian uang tunai atau disebut "Cash is the king in the uncertainty situation," kata Bambang.
Baca juga: Kemenkes: Fokus atasi kesehatan adalah cara tepat pulihkan ekonomi
Untuk kredit, kata Bambang, terus menurun karena lemahnya permintaan kredit dan kehati-hatian bank dalam menyalurkan kredit.
"Kredit perbankan Jatim terkontraksi 2,3 persen Oktober 2020, hal ini menurun lebih dalam dibandingkan September 2020 yang terkontraksi hanya 1,8 persen," katanya.
Bambang memprediksi, dengan terlihatnya pemulihan, penghimpunan dana tahun 2020 berada di kisaran Rp110 sampai Rp120 triliun, dan meningkat di tahun 2021 menjadi di kisaran Rp150 sampai 180 triliun.
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020