Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakara akan menelusuri jejak rombongan guru dan karyawan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 22 Jakarta Barat yang terpapar COVID-19 diduga usai melakukan perjalanan ke Yogyakarta.
"Kalau memang guru itu dari Yogyakarta, ya kami sebelumnya ingin mendapatkan informasi guru itu, salah satu saja, NIK-nya berapa, supaya kami bisa tracing di 'Jogja Pass'," kata Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji di Yogyakarta, Kamis.
Aji mengatakan melalui aplikasi "Jogja Pass", jejak perjalanan rombongan guru MAN 22 Jakarta Barat selama mengunjungi Yogyakarta bisa diketahui, sebab setiap memasuki objek wisata di DIY, pengunjung bakal diminta mengakses aplikasi "Jogja Pass".
"Misalnya di Malioboro jam berapa, nanti dia akan kelihatan. Saat di (Pantai) Parangtritis jam berapa, akan kelihatan," kata Aji.
Selain jejak perjalanan selama di Yogyakarta, aplikasi yang dirancang untuk memudahkan pelacakan kontak erat kasus COVID-19 itu akan menyimpan identitas serta nomor ponsel pengunjung.
Dengan demikian, Pemda DIY dapat menghubungi para pengunjung lain yang sebelumnya datang di tempat yang sama pada waktu yang bersamaan dengan rombongan dari MAN 22 Jakbar.
"Kami beritahukan kepada pengunjung-pengunjung lain supaya mereka melakukan tes atau mengecek dirinya sendiri karena kemungkinan dia di tempat yang sama di waktu yang sama bersamaan dengan orang yang positif," kata dia.
Kendati memiliki riwayat perjalanan dari Yogyakarta, menurut Aji, hal itu belum bisa menjadi dasar untuk menyimpulkan bahwa paparan COVID-19 terhadap rombongan itu berasal dari Yogyakarta.
"Siapa tahu dia memang sudah membawa (virus) itu dari sana (Jakarta Barat), tetapi baru terasa setelah pulang. Jadi kecapekan dan seterusnya, makanya gejala itu kelihatan," kata dia.
Ia berharap munculnya kasus transmisi COVID-19 para guru MAN 22 Jakbar itu menjadi salah satu dasar pertimbangan DIY untuk memutuskan menggelar pendidikan tatap muka atau tidak.
Baca juga: Klaster guru MAN 22 Jakarta Barat muncul usai perjalanan ke Yogyakarta
"Karena tatap muka itu guru kan harus bicara di depan murid, ya tentu jadi persoalan kalau misalnya ada guru yang positif, kemudian mengajar tatap muka," kata dia.
Baca juga: Kemenag DKI sesalkan guru MAN 22 Jakbar ke Yogya jadi klaster COVID-19
Sebelumnya, Camat Palmerah, Jakarta Barat, Firman Ibrahim mengungkapkan sebanyak 33 guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 22 Jakarta Barat terdeteksi COVID-19 hingga menjadi klaster, diduga usai melakukan perjalanan ke Yogyakarta.
Baca juga: Kemenag DKI tegur inisiator acara guru MAN 22 Jakarta Barat
Klaster guru tersebut terungkap berawal dari laporan pada 28 November 2020 terkait dua guru yang terkonfirmasi positif COVID-19, kemudian dilakukan penelusuran kontak.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020