Ketua Komite Perundingan Perdagangan RCEP, Iman Pambagyo, memaparkan lima poin tentang kecenderungan sektor perdagangan ke depan, terkait narasi tentang adanya pihak yang dapat mendominasi dalam Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP).
Dalam acara diskusi tentang RCEP yang digelar oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) pada Kamis, Iman, yang juga merupakan Direktur Jenderal Negosiasi Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI itu mengatakan pertanyaan terkait dominasi dari kekuatan-kekuatan ekonomi besar yang turut bergabung dalam pakta ekonomi regional tersebut sempat disuarakan oleh para pengamat.
Dia memaparkan observasi dari studi terkait kecenderungan sektor perdagangan, terutama pascapandemi COVID-19.
“Namun menurut studi yang dilakukan oleh Olson, Sally, Coronado, dan Darke, terdapat lima observasi, yang pertama yakni kecondongan terhadap keamanan dibandingkan efisiensi,” ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa hal tersebut merujuk pada keamanan terhadap pasokan berbagai produk, seperti makanan, obat-obatan, komponen elektronik, dan sebagainya. Apabila diperlukan, perusahaan-perusahaan akan dapat melakukan produksi secara domestik.
Kedua, adalah melakukan pemikiran ulang terhadap sistem perdagangan, alih-alih menolaknya. Itu berarti ada pengurangan ketergantungan terhadap sumber pasokan tunggal.
Menurut Koordinator ASEAN untuk Negosiasi RCEP itu, bukan berarti proteksionisme, namun untuk kepentingan kedaulatan dan kemandirian yang dilihat dari sudut pandang industrial.
“Namun ini bukan juga berarti kita mengejar rantai pasokan regional daripada global. Rantai pasokan global masih akan tetap ada di sana,” tegasnya.
Kecenderungan terhadap sirkulasi dua arah, yakni kombinasi dari sirkulasi internasional dan internal, menjadi poin keempat yang disebut oleh Iman, yang di dalamnya konsumsi domestik dan ekspor menjadi sama pentingnya dan banyak negara kini mulai bergerak ke arah model tersebut.
“Poin terakhir adalah bidang usaha kini menyesuaikan diri dengan realita baru, yakni tidak hanya melakukan bisnis namun juga memberikan nilai tambahan seperti ‘manusia dan planet’, ‘transparansi’, ‘kedekatan’, dan ‘kolaborasi’ pada inti dari rencana pemulihannya,” papar Iman.
Ia mengatakan realita seperti itu juga terjadi di Indonesia, termasuk di kalangan usaha kecil dan menengah. Observasi yang dipaparkan, lanjutnya, dapat memberikan pandangan terkait implementasi RCEP ke depannya dan apakah kesepakatan tersebut akan mengubah ekonomi di kawasan.
Baca juga: Menko Airlangga: RCEP membuat RI terintegrasi rantai nilai global
Baca juga: PM Thailad: RCEP dukung visi APEC wujudkan pasar bebas Asia-Pasifik
Menelaah manfaat Perjanjian Dagang RCEP bagi Indonesia
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020