"Nasib rumah demokrasi tetap di individu politiknya dalam hal ini setiap pemilik hak suara untuk terus merawatnya demi generasi berikutnya," kata dia, di Banjarmasin, Selasa.
Ibaratnya suatu rumah demokrasi, kata dia, tugas menjaga atau mengawasinya tidak saja dibebankan pada Badan Pengawas Pemilu tetapi juga atau masing-masing individu politiknya untuk tetap mengedepankan pilihan atas dasar program pasangan calon yang bertarung di Pilkada.
Baca juga: DPR harap Pilkada 2020 hasilkan kualitas demokrasi semakin baik
"Orang daerah mestinya lebih peduli dengan rumah demokrasi karena di sinilah tempat belajar dan lahirnya putra daerah yang memiliki tanggung jawab dan kapabilitas," tutur guru besar sosial politik Universitas Lambung Mangkurat itu.
Ia menyatakan, Pilkada serantak merupakan rumah demokrasi di daerah masa sekarang maupun masa depan. Sehingga perlu dijaga dan dirawat agar dapat dirasakan manfaatnya bagi daerah. Walaupun disadari perubahan itu perlu proses terjadi tetapi rumah demokrasi pilkada tetap jadi harapan di daerah.
Baca juga: Pengamat: Pilkada harus jamin kesehatan dan kualitas
Ia pun optimis perkembangan politik saat ini sudah semakin memiliki kesadaran masyarakat akan pilihannya walaupun masih ada celah godaan-godaan berpolitik kotor.
Masyarakat, menurut dia, sudah paham dengan pilihannya. Apalagi para kontestan paslon sudah menyampaikan programnya melalui media elektronik, baliho dan debat publik.
"Kegaduhan politik uang di masa tenang justru pertanda semakin banyak orang berharap bahwa paslon yang dipilih tetap mengedepankan janji dan programnya, karena itu tentunya lebih penting dibandingkan politik uang," katanya.
Baca juga: LIPI ingatkan kualitas pilkada tentukan masa depan Indonesia
Pewarta: Firman
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020