"Di masa pandemi ini untuk pendampingan psikososial layanan SEJIWA betul-betul menjadi solusi bagi ibu-ibu, yang tidak menutup kemungkinan betul-betul merasa tertekan dari sisi jiwanya dengan beban tugas yang begitu berat," kata Menteri Bintang saat mendatangi TPS 17 di Banjar Kertasari, Kelurahan Panjer, Denpasar Selatan, Bali, Rabu.
Baca juga: Layanan SEJIWA bantu lindungi masyarakat dari COVID-19
Baca juga: Kantor Staf Presiden RI luncurkan layanan bantuan psikologi "SEJIWA"
Baca juga: Layanan SEJIWA bantu lindungi masyarakat dari COVID-19
Baca juga: Kantor Staf Presiden RI luncurkan layanan bantuan psikologi "SEJIWA"
Ia mengatakan selama masa pandemi COVID-19 tidak menutup kemungkinan beban kerja perempuan bertambah melihat perannya saat ini.
"Kita tidak tutup kemungkinan hal itu, kalau dulu hanya menjadi ibu kemudian menjadi istri, menjadi penambah nafkah keluarga, tapi sekarang harus menjadi guru dan sebagainya," katanya.
Menteri Bintang mengajak seluruh pihak bekerja sama, berkolaborasi mencari solusi dari situasi sulit yang tidak pernah dibayangkan seperti saat pandemi ini.
Melalui layanan psikologi SEJIWA, perempuan dan anak yang terdampak COVID-19, seperti perempuan korban KDRT, perempuan dalam situasi darurat dan kondisi khusus, perempuan pekerja migran, perempuan disabilitas, serta anak yang memerlukan perlindungan khusus, mendapat pendampingan khusus dari Kementerian PPPA.
"Pada Desember 2020, kita mengembalikan makna bahwa hari ibu adalah 'mother, day, hari ibu ini adalah momentum perjuangan pergerakan perempuan. Demikian juga dengan kegiatan-kegiatan dalam rangka hari ibu. Inilah yang kita ingin terus dorong, bagaimana yang sudah diatur oleh konstitusi setiap warga negara punya hak yang sama," katanya.
Baca juga: Kominfo dukung layanan konseling Sejiwa
Baca juga: Kominfo dukung layanan konseling Sejiwa
Dalam realitanya masih ada kesenjangan dan sebagian orang mengatakan perempuan itu lemah. "Sebenarnya bukan perempuan yang lemah, tapi konstruksi sosial yang membuat sosok perempuan itu lemah karena masih ada budaya patriarki yang kental," ucapnya.
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020