"Stimulasi ada tiga fase, yakni sejak bayi dalam kandungan, lahir dan sesudah lahir. Stimulasi terbaik (dilakukan) sejak dalam kandungan. Penelitian menunjukkan hasil stimulasi sentuhan lebih baik dibandingkan stimuasi suara," ujar dokter spesialis saraf anak, Herbowo Soetomenggolo dalam virtual media gathering "NIVEA #SentuhanIbu 2020", Kamis.
Baca juga: Merawat bakat anak di kala pandemi COVID-19
Menurut studi, stimulasi sentuhan saat bayi dalam kandungan bisa meningkatkan kognisinya dan membuatnya terlahir menjadi sosok yang lebih percaya diri di kemudian hari.
Tetapi, stimulasi harus diberikan secara terorganisir atau sengaja agar anak bisa sekaligus belajar berkomunikasi, hubungan timbal balik dan belajar mengenai memori.
Studi dalam jurnal Infant Behavior and Development menunjukkan, janin sangat responsif terhadap sentuhan pada trimester ketiga dan pada saat itulah periode kunci untuk pengembangan kesadaran diri anak.
Respons terkuat janin terjadi ketika ibu menggosok perutnya sendiri dibandingkan saat orang lain melakukannya. Ini dapat membantu menjelaskan alasan ibu merasakan bayinya bergerak-gerak ketika dia menyentuh perutnya tetapi kemudian berhenti ketika suami atau orang lain yang melakukannya.
Baca juga: Kiat orangtua bantu kemampuan sosial anak di masa pandemi
Menurut Herbowo, prinsipnya, lakukan sentuhan saat bayi sudah bangun atau ditandai dengan adanya gerakan dia dari dalam perut. Sebaiknya gunakan satu teknik saja diselingi istirahat dan lakukan berulang minimal dua kali per minggu.
Saat bayi lahir, ibu bisa melakukan inisisasi menyusu dini atau IMD. Bayi bisa diletakkan di dada ibu, lalu biarkan dia mencari puting susu ibu. Cara ini membantu membuatnya lebih nyaman, dan beradaptasi di lingkungan baru.
"Enggak bisa dipijat-pijat karena dia masih butuh adaptasi. Lakukan stimulasi saat anak bangun, di luar jam tidur (pastikan jam tidur anak benar yakni 14 jam," kata dia.
Jenis stimulasi sentuhan yang diberikan beragam mulai dari memeluk, mengayun, facilitated tucking atau menekuk kaki dan tangan anak sehingga dia tidak merasa nyeri hingga metode bayi kangguru.
Herbowo menuturkan, selain untuk otak, stimulasi sentuhan juga berperan pada kenaikan berat badan anak lebih banyak, meningkatkan imunitas, tidur lebih baik dan peningkatan kemampuan sosial dan bicaranya.
Baca juga: Pentingnya keterlibatan orangtua di fase tumbuh kembang anak
Metode kangguru
Sebuah studi dari Florida Atlantic University (FAU) yang dipublikasikan dalam jurnal Infant Behavior and Development pada Maret lalu menunjukkan, di tengah aturan jaga jarak untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran virus corona (COVID-19), sentuhan atau kontak ibu pada bayi tetap penting untuk regulasi perkembangan sarafnya yang optimal.
Bahkan, metode kangguru atau metode perawatan kulit-ke-kulit, dada-ke-dada untuk bayi, terutama bayi prematur yang menekankan pentingnya adanya kontak kulit dalam jangka waktu lama dapat memberikan manfaat positif bagi bayi cukup bulan dan ibu mereka selama periode nifas.
Temuan menunjukkan, area frontal kiri otak bayi (yang terlibat dalam keterampilan pengaturan kognitif dan emosional tingkat tinggi) terangsang akibat metode Perawatan Kanguru.
Selain itu, ibu dan bayi menunjukkan peningkatan oksitosin seiring dengan penurunan reaksi terhadap stres. Oksitosin dianggap sebagai hormon afiliatif yang terkait dengan perilaku perawatan dan kasih sayang.
"Bayi cukup bulan dan ibu mereka kemungkinan mendapat manfaat dari pengalaman interaktif positif yang melekat dalam penggunaan Perawatan Kanguru yang diperpanjang," ujar Direktur FAU WAVES Emotion Laboratory di Department of Psychology di FAU's Charles E. Schmidt College of Science, Nancy Aaron Jones seperti dikutip dari Science Daily.
Herbowo mengingatkan, pada prinsipnya stimulasi sentuhan lebih baik dilakukan sejak dini dengan jangka waktu lebih lama dan intensif untuk memberikan hasil yang lebih besar.
"Jangan membandingkan dengan anak lain, karena stimulasi yang sama tetap dapat menghasilkan kemajuan berbeda. Selain oleh ibu, stimulasi juga perlu dilakukan oleh ayah, kakak, saudara dan orang di lingkungan sekitar anak," kata dia.
Baca juga: Istilah "bayi bau tangan" mitos atau fakta?
"Untuk ayah, bisa berikan stimulasi langsung atau bantu ibu stimulasi anak misalnya ibu capek menyusui, bapaknya punya waktu gendong. Saat gendong bisa lakukan stimulasi sekaligus bantu ibu," sambung Herbowo.
Stimulasi pada janin juga bisa dilakukan dengan cara mendongeng. Penerjemah buku “Read Aloud” Rossie Setiawan mengatakan mendongeng bisa dilakukan sejak 0 bulan, bahkan sejak trimester terakhir kehamilan di mana organ pendengaran janin sudah terbentuk sempurna.
Pada trimester akhir kehamilan, janin sudah bisa mendengarkan suara ibu. Pada saat ini, ibu sudah mulai bisa membiasakan diri membaca buku cerita secara nyaring pada janin.
Membacakan dongeng bisa menenangkan si kecil di dalam rahim .
Bayi dalam kandungan disebut sudah bisa merespons getaran dan suara yang berbeda dengan perubahan denyut jantung atau pola gerakan mereka.
Beda usia, beda kebutuhan. Rossie menjelaskan tipe-tipe buku yang tepat untuk anak sesuai dengan usia masing-masing.
Pada tahap pertama usia 0-3 tahun, anak-anak berada pada tahap pramembaca.
Mereka seolah-olah sedang membaca, tapi yang "dibaca" sebetulnya gambar-gambar. Buku yang tepat untuk anak usia ini adalah buku yang didominasi gambar.
Orangtua bisa memilih dari ragam varian buku yang ramah untuk bayi, misalnya buku yang bahannya dari kain atau buku bantal hingga buku yang terbuat dari plastik hingga bisa dibacakan meski anak sedang mandi.
Baca juga: Tips pilihkan produk perawatan anak ala Nadia Mulya
Baca juga: Siasat agar anak terbiasa minum air
Baca juga: Jangan gengsi, kiat jitu orangtua bebas stres ajari anak di rumah
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020