skema THE berlangsung lancar hingga saat ini
Rektor Universitas Terbuka Prof Ojat Darojat mengatakan sebanyak 312.236 mahasiswa Universitas Terbuka (UT) mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) dengan skema Take Home Exam (THE).
"Setelah sebelumnya mengalami kendala pada Sabtu (5/12), pelaksanaan UAS dengan skema THE berlangsung lancar hingga saat ini,” ujar Ojat dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Dia menambahkan sebelumnya UAS tersebut sempat mengalami kendala teknis dan jaringan pada hari pertama yakni pada Sabtu (5/12). Namun tim khusus yang dibentuk pihak UT segera bertindak cepat dengan melakukan berbagai pembenahan.
"Ini merupakan bukti keseriusan pihak UT agar ujian berjalan lancar dan tidak merugikan hak-hak mahasiswa. Terbukti dengan pelaksanaan UAS online pada hari Selasa (8/12) bisa berjalan dengan baik dan normal seperti biasanya,” jelas dia.
Baca juga: UT sediakan modus pembelajaran berbasis web
Sekitar 312.236 mahasiswa mengikuti UAS dengan skema THE yang tersebar di 34 Provinsi di Indonesia dan sebagian lagi tersebar di 90 negara lainnya.
Ojat menambahkan berdasarkan hasil pemantauan, ujian mampu memantau dengan baik lalu lintas data, titik persebaran peserta ujian, serta mengoptimalkan pertahanan terhadap serangan cyber yang dilakukan oleh pihak luar.
UAS di UT merupakan bagian dari evaluasi hasil belajar mahasiswa. Penyelenggaraan UAS pada kondisi normal sebelum ada pandemi dilakukan dengan beragam modus secara tatap muka dan online dengan mempertimbangkan kondisi dan kapasitas ataupun pilihan mahasiswa sendiri. Namun demikian, dengan adanya pandemi, sejak awal tahun 2020, ujian akhir pun tidak mungkin dilaksanakan secara tatap muka,” terang dia.
Potensi kerumunan mahasiswa yang sangat besar di satu tempat dengan durasi interaksi yang lama sangat rentan terhadap resiko penularan virus COVID-19. Oleh karena itu, ujian secara online dengan berbagai moda harus dioptimalkan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan mahasiswa di satu sisi dan memelihara kualitas dan kewibawaan akademik di sisi lain.
"Namun demikian, perlu kami sampaikan bahwa penyelenggaraan ujian secara online ini masih menyisakan kendala terutama bagi mahasiswa UT yang berdomisili di daerah-daerah terpencil dimana access point dan kualitas koneksi internet di tempat mereka masih belum memadai. Sehingga sebagian mahasiswa harus pergi mencari tempat dimana kualitas koneksi internetnya lebih baik. Dalam kaitan ini pihak Kementerian telah meluncurkan program pendirian mini base transceiver station (BTS) di daerah-daerah terpencil,” jelas dia.
Baca juga: UT kembangkan ekosistem digital pendidikan daring
Sebelumnya Rektor UT sudah menegaskan bahwa pihak UT telah bekerja keras melakukan penyempurnaan dalam aplikasi dan tata kelola jaringan untuk mengatasi hambatan teknis agar pelaksanaan ujian dapat berjalan lancar. Kemudian tidak boleh ada satu pun mahasiswa yang dirugikan dalam memperoleh layanan ujian.
Rektor juga menyampaikan bahwa berbagai keluhan, masukan, dan dukungan yang disampaikan oleh berbagai pihak terutama mahasiswa melalui contact center dan media sosial akan menjadi perhatian dan pertimbangan agar kualitas layanan pendidikan UT semakin baik.
Baca juga: Mendikbud: UT menjadi contoh kampus akselerasi penggunaan teknologi
(Berita ini telah direvisi terkait jumlah mahasiswa)
Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020