Hal itu dikemukakan Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman di sela peringatan Hari Korban 40.000 Jiwa di Makassar, Jumat.
"Cita-cita kemerdekaan dengan pengorbanan 40.000 jiwa melawan musuh, kini harus direfleksikan dengan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan dan berjuang melawan pandemi COVID-19," katanya.
Apabila dulu semua satu tujuan dan komando dan bergerak sistemik, maka kini juga harus diikuti dengan bersama-masa patuh terhadap protokoler kesehatan, karena warga kadang lengah, jadi harus saling mengingatkan.
Baca juga: Sejarawan tidak setuju generasi muda disebut kurang pahami sejarah
Baca juga: ANTARA Doeloe : Westerling gagal jadi penyanyi
Mengenai perhatian khusus pada keluarga para veteran yang telah gugur dan dikubur massal di lokasi monumen Korban 40.000 jiwa saat ini, Pemrov selain memperingati momen ini setiap tahun dan memberikan bingkisan secara simbolis, juga menempatkan mereka sebagaimana mestinya.
Hal senada dikemukakan Penjabat Wali Kota Makassar, Rudy Djamaluddin. Dia mengatakan selain ada bantuan tetap dalam bentuk material, juga memperhatikan jaminan kesehatan para lansia, bukan hanya pada veteran dan keluarganya tetapi seluruh lansia yang rawan terpapar COVID-19.
``Ini kewajiban bagi kita, khususnya yang muda-muda yang masih aktif harus melindungi diri, supaya tidak menjadi pembawa virus untuk orang-orang tua kita, itu jauh lebih penting,`` katanya.
Sementara itu, salah seorang Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) P Daeng Talli yang kini sudah berusia 90 tahun terharu dengan adanya perhatian pemerintah selama ini.
"Kami berharap perjuangan kami dahulu, kini diisi dengan pembangunan yang dapat menyejahterakan rakyat," katanya.*
Baca juga: Janda pembantaian Westerling di Sulawesi tuntut Belanda
Baca juga: Pembantaian Rawagede sejarah kelam zaman kolonial Belanda
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020