BPPTKG juga mencatat 43 kali gempa guguran, 259 kali gempa fase banyak, 38 gempa vulkanik dangkal, serta 61 kali gempa embusan.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan suara guguran terdengar sebanyak lima kali dari Gunung Merapi berdasarkan periode pengamatan pada Selasa (15/12) mulai pukul 00.00 WIB sampai 24.00 WIB.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Rabu, menjelaskan suara guguran di gunung api aktif itu terdengar dengan intensitas lemah hingga keras.
Pada periode itu, BPPTKG juga mencatat 43 kali gempa guguran, 259 kali gempa fase banyak, 38 gempa vulkanik dangkal, serta 61 kali gempa embusan.
Berdasarkan pengamatan visual, tampak asap berwarna putih keluar dari Gunung Merapi dengan intensitas sedang hingga tebal dengan ketinggian 20 meter di atas puncak.
Berikutnya, laju deformasi Gunung Merapi diukur menggunakan electronic distance measurement (EDM) Babadan rata-rata 9 cm per hari.
BPPTKG telah menaikkan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Untuk penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan.
BPPTKG meminta pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.
Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta; Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah juga diminta mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat, demikian Hanik Humaida.
Baca juga: BPPTKG: Aktivitas seismik Gunung Merapi masih tinggi
Baca juga: BPPTKG: Sumber tekanan magma Gunung Merapi 1,3 km dari puncak
Baca juga: BPPTKG: Aktivitas Gunung Merapi makin tinggi
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020