• Beranda
  • Berita
  • Bank Dunia koreksi proyeksi pertumbuhan RI 2020, jadi minus 2,2 persen

Bank Dunia koreksi proyeksi pertumbuhan RI 2020, jadi minus 2,2 persen

17 Desember 2020 11:50 WIB
Bank Dunia koreksi proyeksi pertumbuhan RI 2020, jadi minus 2,2 persen
Logo Bank Dunia. ANTARA/HO-Dok. Bank Dunia/am.

untuk 2020 sudah diestimasikan ada sedikit resesi tapi ada perubahan pada 2021 yaitu tumbuh 4,4 persen untuk PDB riil

Bank Dunia melakukan koreksi terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini menjadi minus 2,2 persen atau lebih rendah dibandingkan publikasi yang dilakukan pada September lalu yaitu minus 1,6 persen.

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ralph Van Doorn menyatakan koreksi ini mencerminkan pemulihan yang lebih lemah dari perkirakan untuk kuartal III dan sebagian kuartal keempat akibat pembatasan masyarakat dan meningkatnya kasus COVID-19.

“Proyeksi kami untuk 2020 sudah diestimasikan ada sedikit resesi tapi ada perubahan pada 2021 yaitu tumbuh 4,4 persen untuk PDB riil dan 5,5 persen untuk government budget balance,” katanya dalam Indonesia Economy Prospects-December 2020 Edition di Jakarta, Kamis.

Meski demikian, Bank Dunia mencatatkan ekonomi Indonesia 2021 akan membaik dan perlahan menguat pada 2022 yang didasarkan oleh pembukaan ekonomi tahun depan dan diikuti pembukaan lebih lanjut serta dilonggarkannya aturan pembatasan sosial sepanjang 2022.

Bank Dunia memperkirakan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan berada di angka 4,4 persen yang secara umum didorong oleh pemulihan konsumsi swasta.

Perkiraan tersebut juga mengasumsikan bahwa kepercayaan konsumen meningkat dan hilangnya pendapatan rumah tangga tetap rendah akibat hasil pasar tenaga kerja yang lebih baik dan bantuan sosial yang memadai.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2022 diperkirakan menguat ke level 4,8 persen dengan didorong oleh menguatnya konsumsi, investasi dan meningkatnya kepercayaan dengan syarat tersedianya vaksin yang efektif dan aman.

Secara rinci, indeks harga konsumen untuk 2020 diperkirakan mencapai 2 persen, 2021 sebesar 2,3 persen, dan 2022 sebesar 2,8 persen.

Kemudian untuk neraca akun berjalan 2020 diperkirakan sebesar minus 0,7 persen, 2021 sebesar minus 1,4 persen, dan 2022 sebesar minus 2 persen.

Untuk neraca anggaran pemerintah 2020 diperkirakan sebesar minus 6 persen, 2021 sebesar minus 5,5 persen, dan 2022 sebesar minus 4,3 persen.

Untuk utang publik 2020 diperkirakan sebesar 37,5 persen, 2021 sebesar 40,9 persen, dan 2022 sebesar 43 persen.

Sektor-sektor dengan kontak intensif akan pulih perlahan pada 2021 sampai 2022 namun akan tetap tertahan untuk jasa tertentu seperti pariwisata.

Pertumbuhan dalam sektor-sektor berorientasi ekspor seperti manufaktur dan pertambangan akan didukung oleh pertumbuhan global yang lebih kuat, perdagangan dan harga komoditas.

Di sisi lain, menurut Bank Dunia proyeksi acuan dasar ini akan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang sangat tinggi terkait dinamika pandemi di Indonesia dan di negara-negara lain.

Bank Dunia mencatat adanya potensi pertumbuhan Indonesia merosot menjadi 3,1 persen pada 2021 dan 3,8 persen pada 2022 di bawah skenario buruk pengetatan mobilitas, pertumbuhan global yang lebih lemah dan harga komoditas.

Oleh sebab itu, kinerja pertumbuhan jangka menengah Indonesia sangat bergantung pada penanggulangan potensi dampak negatif krisis terhadap investasi, produktivitas dan modal manusia.

“Ini membutuhkan perbaikan efektivitas respons krisis dan reformasi struktural untuk mengangkat potensi pertumbuhan,” tulis Bank Dunia.

Baca juga: Bank Dunia: Keterjangkauan jadi tantangan ketahanan pangan RI
Baca juga: Bank Dunia: Kebijakan kesehatan publik dan ekonomi kunci pemulihan RI
Baca juga: Bank Dunia nilai UU Cipta Kerja dukung pemulihan ekonomi

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020