Ketua Umum Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) Profesor Din Syamsuddin mengatakan saat ini Indonesia sedang dihadapi persoalan kemajemukan baik masalah agama, suku, budaya maupun bahasa.Indonesia memiliki kemajemukan yang khas
"Bahkan, dalam satu lingkaran atau satu komunitas keagamaan pun ada perbedaan atau keterbelahan," kata dia dalam diskusi sarasehan kebangsaan dengan tema "Masalah Kemajemukan dan Upaya Merajutnya" yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Dengan latar belakang bangsa Indonesia yang majemuk, Din mengajak semua elemen masyarakat agar tidak lelah merajut kemajemukan tersebut.
Baca juga: Wakil Ketua MPR: Fanatisme bisa merusak kemajemukan
Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 tersebut, berbagai masalah kemajemukan yang sedang dihadapi Indonesia harus diselesaikan sesegera mungkin.
"Kita tidak boleh menghindarkan diri dari adanya masalah-masalah, justru masalah itulah yang harus kita rajut," ujar dia.
Eks Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut mengatakan sebagai negara yang majemuk, seharusnya menjadi keberkahan dan menjadi ciri watak bangsa Indonesia.
Baik itu atas dasar agama, suku, budaya, bahasa dan lainnya seharusnya menjadikan keberagaman tersebut kekuatan bagi Indonesia.
Baca juga: Menag ajak masyarakat merawat kemajemukan
Bahkan, ujarnya, tidak ada satupun bangsa yang memiliki kemajemukan sebagaimana halnya Indonesia. Kemajemukan itu tersebar di berbagai pulau-pulau yang terpisah namun masih dalam satu bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Amerika Serikat merupakan negara majemuk namun berada dalam satu wilayah atau daratan kontinental begitu juga dengan India.
"Sementara kita Indonesia memiliki kemajemukan yang khas, inilah yang perlu dijaga," katanya.
Dalam diskusi itu, Din Syamsuddin juga mengingatkan seharusnya pada 13 Desember bangsa Indonesia memperingati Deklarasi Djuanda yang telah mempersatukan NKRI.
Baca juga: Wapres: Kemajemukan Indonesia harus dirawat sebagai kekuatan nasional
Baca juga: PMI: 10 nilai kemanusiaan perekat kemajemukan masyarakat Indonesia
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020