Lima tahun kemudian, perusahaan Coulibaly, Naima Dolls, mempekerjakan sekitar 20 wanita muda yang sibuk mengemas 32 boneka dengan kulit gelap untuk Natal.
Baca juga: Teddy Bear, cara warga Selandia Baru saling dukung selama karantina
"Harapan kami hari ini adalah memberi anak-anak sarana untuk membuat keputusan yang baik," kata dia kepada Reuters.
"Saya ingin mereka menyadari fakta bahwa mereka itu cantik, budaya mereka kaya dan indah," katanya, menyayangkan meluasnya penggunaan krim pencerah kulit di seluruh Afrika.
Nama-nama boneka yang ia buat diambil dari berbagai daerah di Pantai Gading. Yang paling populer adalah Adjoba - atau "Lahir pada hari Selasa" dalam bahasa Akan, sebagai salah satu nama dari boneka menggemaskan yang montok.
Coulibaly mengatakan desain yang ia curahkan ke dalam bentuk boneka terinspirasi dari gagasan dan orang-orang yang ia temui.
Boneka-boneka itu dibuat di China dan Spanyol, meski dia berharap bisa membuka pabrik di Pantai Gading beberapa tahun mendatang untuk memenuhi permintaan yang meningkat. Saat ini dia memproduksi 150.000 boneka per tahun.
Di sebuah supermarket di Abidjan pekan lalu, boneka Coulibaly menarik perhatian banyak pembeli.
"Kami terbiasa dengan boneka orang kulit putih dan sekarang kami bisa melihat kulit hitam, wanita Afrika," kata Aude Koffi saat mengamati boneka-boneka.
"Itulah yang saya suka dan itulah mengapa saya melihat-lihat," Reuters dikutip Rabu.
Baca juga: Bermain boneka dapat kembangkan empati dan keterampilan sosial
Baca juga: Rekomendasi kegiatan aman bareng "toddler" di rumah menurut ahli
Baca juga: Robot asmara berkekuatan AI ancam hubungan intim manusia
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020