• Beranda
  • Berita
  • BPOM sebut efektivitas vaksin diukur setelah penggunaan secara luas

BPOM sebut efektivitas vaksin diukur setelah penggunaan secara luas

4 Januari 2021 17:03 WIB
BPOM sebut efektivitas vaksin diukur setelah penggunaan secara luas
Direktur Registrasi Obat BPOM Rizka Andalucia dalam keterangannya di Graha BNPB Jakarta Senin.

kami akan terus pantau kemampuan vaksin dalam menurunkan kejadian penyakit di masyarakat

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan efektivitas vaksin COVID-19 akan diukur setelah vaksinasi dilakukan secara luas di masyarakat pada kondisi nyata di lapangan.

Juru Bicara BPOM Rizka Andalucia memberikan keterangan pers secara virtual mengenai efektivitas vaksin yang ditayangkan Youtube Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin.

"Untuk efektivitas vaksin, kami akan terus pantau kemampuan vaksin dalam menurunkan kejadian penyakit di masyarakat dalam jangka waktu yang lama. Jadi efektivitas vaksin diukur setelah vaksin digunakan secara luas di masyarakat, pada kondisi nyata di lapangan atau di dunia pelayanan kesehatan yang sebenarnya," ujar Rizka.

Baca juga: Vaksinolog ingatkan butuh waktu bentuk kekebalan setelah vaksinasi

Baca juga: Kemenkes optimistis vaksin COVID-19 Sinovac segera dapat izin BPOM


Rizka mengatakan saat ini BPOM sedang melakukan pengujian untuk mendapatkan data-data yang akan digunakan untuk mendapatkan emergency use authorization (EUA) atau otorisasi penggunaan darurat.

Untuk memeroleh EUA diperlukan sejumlah parameter seperti parameter efikasi dan imunogenisitas.

Parameter efikasi yakni parameter klinis yang diukur berdasarkan persentase angka penurunan penyakit pada subjek atau kelompok yang menerima vaksin dibandingkan dengan orang yang menerima placebo pada uji klinis fase tiga.

Baca juga: Meski vaksin sudah didistribusikan, BPOM sebut belum boleh disuntikkan

Baca juga: Biofarma sebut tak ada kendala distribusi vaksin ke seluruh Indonesia


Sementara parameter imunogenisitas diperoleh berdasarkan hasil pengukuran kadar antibodi yang terbentuk setelah seseorang diberikan suntikan, dan pengukuran netralisasi antibodi untuk menetralkan virus.

"Pengukuran dilakukan setelah dua minggu dosis terakhir. Kemudian diukur ulang tiga sampai enam bulan setelah vaksin disuntik ke dalam tubuh. Setelah mendapat data tersebut maka dapat diberikan persetujuan penggunaan atau EUA," jelasnya.

Baca juga: Pemerintah kerahkan seluruh faskes kejar target vaksinasi COVID-19

Baca juga: Biofarma mulai distribusikan 3 juta vaksin COVID-19 ke 34 provinsi

 

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021