• Beranda
  • Berita
  • Vaksinasi Afrika Selatan bertujuan capai kekebalan kelompok

Vaksinasi Afrika Selatan bertujuan capai kekebalan kelompok

7 Januari 2021 20:10 WIB
Vaksinasi Afrika Selatan bertujuan capai kekebalan kelompok
Dokumentasi - Polisi berpatroli saat peselancar dan pengunjung di pantai Muizenberg, Cape Town, Afrika Selatan, Selasa (5/5/2020), melakukan aksi protes untuk menentang aturan karantina (lockdown) nasional, yang hanya membolehkan latihan tapi bukan aktivitas air, di tengah wabah virus corona (COVID-19). ANTARA/REUTERS/Mike Hutchings/am.

Kami membutuhkan 67-70 persen populasi untuk diimunisasi guna memutus siklus penularan (dan mencapai) kekebalan kelompok

Afrika Selatan akan memvaksinasi 40 juta orang atau dua pertiga populasinya untuk mencapai kekebalan kelompok terhadap COVID-19, kata Menteri Kesehatan Zweli Mkhize pada Kamis (7/1), ketika mutasi baru virus tersebut memicu kasus baru setiap hari di atas 21.000 untuk pertama kalinya.

Mutan virus corona yang lebih menular, pertama kali ditemukan di pantai timur Afrika Selatan akhir tahun lalu, mendorong gelombang kedua infeksi di negara itu menjadi 1,15 juta kasus, atau mencakup sepertiga dari total kasus di benua Afrika.

Minggu ini, kematian di Afrika Selatan melampaui 30.000, dan Menteri Mkhize mengatakan rumah sakit swasta dan umum sedang berjuang untuk menangani masuknya pasien yang terus bertambah.

Baca juga: Presiden Afsel isolasi diri setelah tamu positif COVID-19
Baca juga: Menkes Afrika Selatan Mkhize positif corona


“Kematian dan pendaftaran sudah lebih tinggi dari yang pernah kami alami sebelumnya,” ujar dia dalam presentasi virtual di hadapan parlemen.

Mkhize mengusulkan untuk memvaksinasi 40 juta orang selama setahun---sebuah tujuan yang dia akui sebagai "tugas besar", mengingat kapasitas Afrika Selatan dalam hal staf dan fasilitas.

"Kami membutuhkan 67-70 persen populasi untuk diimunisasi guna memutus siklus penularan (dan mencapai) kekebalan kelompok," ujar dia.

Mkhize menegaskan kembali bahwa Afrika Selatan bertujuan untuk mendapatkan vaksin pertamanya pada Februari dan menyusun model pengadaan vaksin.

Sekitar 70 persen vaksin akan datang dari AstraZeneca, yang suntikannya paling murah dengan harga 54 rand (sekitar Rp50 ribu) per dosis, sementara Johnson & Johnson akan mendapatkan alokasi 20 persen, dan Pfizer dan Moderna masing-masing 5 persen.

Afrika Selatan belum menandatangani kesepakatan dengan salah satu dari mereka. Negara itu berpartisipasi dalam inisiatif COVAX yang dipimpin bersama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetapi hanya untuk 10 persen populasinya.

"Kementerian telah mendekati sejumlah produsen vaksin dan diskusi berada pada tahap sensitif," kata Mkhize, yang menambahkan bahwa dia yakin pembicaraan akan segera selesai.

Biaya yang dibutuhkan akan mencapai 20,6 miliar rand (sekitar Rp19,2 triliun) jika Afrika Selatan berhasil mencapai 67 persen cakupan populasi yang ditargetkan, berdasarkan model pengadaan vaksin yang dibuat pemerintah.

Prioritas akan diberikan kepada 1,25 juta petugas kesehatan, kemudian tahap kedua akan menargetkan pekerja esensial lainnya, orang-orang di atas 60 tahun dan orang dengan penyakit penyerta dengan total 8 juta orang, kemudian sisanya akan divaksinasi pada tahap ketiga, kata Mkhize.

Dia mengakui kritik dari dokter bahwa pemerintah telah bergerak lambat dalam pengadaan vaksin, tetapi meyakinkan bahwa "vaksin akan tersedia".

Sumber: Reuters

Baca juga: Afrika Selatan targetkan terima vaksin COVID-19 pada Februari
Baca juga: Afrika Selatan akan lampaui puncak gelombang pertama COVID

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021