Namun, kita lupa bahwa sesungguhnya kekebalan tubuh dapat kita ciptakan bukan hanya dengan vaksin namun juga dengan menerapkan gaya hidup sehat. WHO mendefinisikan gaya hidup sehat sebagai gaya hidup yang bertujuan untuk mengurangi resiko mengidap penyakit serius atau meninggal di usia dini. Lebih dari itu, WHO juga mendefinisikan bahwa gaya hidup sehat juga tidak hanya tentang kesehatan fisik, melainkan juga sehat mental dan sejahtera.
Gaya hidup sehat tidak hanya bermanfaat untuk diri kita sendiri, namun juga untuk orang-orang yang kita sayangi misalnya keluarga. Keluarga kita tentu akan bahagia jika melihat diri kita dalam kondisi sehat. Selain itu, kita pun menjadi agen positif untuk keluarga dengan menjadi contoh atau panutan yang baik dalam menerapkan gaya hidup sehat.
Baca juga: Gaya hidup sehat dimulai dari makanan bernutrisi
Baca juga: Gaya hidup sehat perpanjang harapan hidup hingga 14 tahun
GERMAS
Upaya pemerintah dalam mendorong gaya hidup sehat, tidak hanya gencar dilakukan ketika masa pandemi. Jauh sebelum virus COVID-19, Kementerian Kesehatan telah menggencarkan diskursus gaya hidup sehat melalui kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Program Germas ini telah dipromosikan sejak tahun 2017.
Dilansir dari website Kemenkes, GERMAS adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat. Aksi GERMAS ini juga diikuti dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat dan dukungan untuk program infrastruktur dengan basis masyarakat.
Terdapat tujuh langkah yang dianjurkan oleh GERMAS di antaranya, melakukan aktivitas fisik, makan buah dan sayur, tidak merokok, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, melakukan cek kesehatan berkala, menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan jamban. Tujuh langkah ini sangat sederhana, namun jika dipraktekkan, tentu dapat membuat perubahan besar pada gaya hidup seseorang.
Gaya hidup sehat saat pandemi
Ketujuh poin GERMAS di atas tentunya masih relevan dan dapat kita implementasikan dimasa pandemi saat ini. Proporsi aktivitas yang lebih banyak di rumah membuat kita perlu berpikir untuk tetap membiasakan gaya hidup sehat meskipun hanya dengan di rumah. Dengan hanya mengambil dua kebiasaan yaitu tetap aktif dalam beraktivitas fisik dan rajin makan buah dan sayur maka kita telah memulai langkah sederhana untuk membiasakan gaya hidup sehat.
WHO sebagai organisasi kesehatan dunia pun menganjurkan untuk tetap aktif di rumah dalam kampanye #Healthyathome. Dilansir dari laman resmi WHO, bahwa melakukan gerakan fisik selama WFH dengan intensitas ringan selama 3-4 menit seperti jalan kaki, atau peregangan dapat melemaskan otot dan memperlancar peredaran darah serta aktivitas otot.
Aktivitas fisik yang teratur dapat bermanfaat bagi tubuh dan pikiran. Dapat menurunkan tekanan darah tinggi, membantu mengatur berat badan, dan mengurangi resiko penyakit jantung dan beberapa tipe kanker. Ingat, bahwa orang yang paling rentan jika terpapar virus COVID-19 adalah mereka yang memiliki penyakit-penyakit bawaan, namun dengan aktivitas sederhana di atas, dapat membantu tubuh meningkatkan imunitas baik terhadap penyakit bawaan dan juga COVID-19.
Membiasakan makan buah dan sayur pun merupakan salah satu langkah gaya hidup sehat yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus COVID-19. Hal ini dikarenakan buah memiliki zat mikro nutrien berupa vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh meskipun dalam jumlah sedikit.(Kangsaputra, 2020)
Dokter Spesialis Gizi, Florentina M. Rahardja menjelaskan bahwa mikronutrien (zat gizi mikro) adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, namun berperan sangat penting dalam pembentukan hormon, aktivitas enzim berbagai metabolisme dalam tubuh, termasuk kerja sistem imun, ujarnya dalam kesempatan dengan awak media.
Baca juga: Alasan gaya hidup sehat efektif ditularkan lewat komunitas
Baca juga: Terapkan gaya hidup sehat maksimal, termasuk rutin periksa kesehatan
Adaptasi kebiasaan baru
Pandemi tidak hanya menuntut kita untuk menerapkan gaya hidup sehat, namun juga kemampuan untuk beradaptasi. Terdapat kebiasan baru yang sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk bertahan ditengah pandemi. Interaksi tanpa sentuh menjadi kebiasaan baru yang perlu diadopsi oleh masyarakat.
Jika pada awalnya, kita terbiasa bersalaman saat bertemu dengan seseorang, maka kini kebiasaan ini tentu perlu dirubah. Salam namaste atau salam dengan mengatupkan kedua tangan di dada menjadi alternatif yang dapat kita lakukan.
Selain interaksi tanpa sentuh (touchless interaction) , masyarakat juga perlu beradaptasi untuk lebih dekat dengan teknologi tanpa sentuh (touchless technology). Teknologi ini mengupayakan telepon genggam menjadi alat dan pintu utama dalam melakukan aktivitas , sehingga dapat mengurangi interaksi seseorang secara langsung dengan benda-benda di sekitarnya.
Di Amerika serikat, teknologi tanpa sentuh sudah mulai masuk di minimarket. Orang-orang tidak perlu lagi melakukan antre dan pembayaran manual dikasir. Mulai dari pemilihan barang hingga pembayaran dilakukan melalui telepon genggam.
Indonesia juga tentu tidak kalah, teknologi tanpa sentuh ini dapat kita lihat dari berbagai layanan fintek. Pembayaran menggunakan QR Code yang terdapat pada aplikasi fintek membuat seseorang lebih aman dari penularan virus COVID-19.
Bukan hanya dalam hal sektor keuangan. Teknologi tanpa sentuh juga dapat diterapkan dalam aspek kehidupan lainnya. Contohnya, adalah teknologi isi ulang sabun cair yang dikembangkan oleh perusahaan rintisan buatan anak negeri, Qyos.
”Kebutuhan ekonomi tanpa sentuh bagi QYOS dapat memberikan pengalaman yang berbeda kepada penggunanya. Dengan interface tanpa sentuh, pengguna kami dapat mengoperasikan mesin refill kami langsung dari smartphone mereka “ Ujar Fazrin Rahman. CEO Qyos,
Dengan teknologi ini, warga dapat melakukan isi ulang sabun cair tanpa menyentuh mesin sama sekali. Hal ini tentu membuat masyarakat yang bermukim di pemukiman padat akan lebih aman dari penularan virus COVID-19.
Membangun kesadaran individu
Meskipun telah setahun negara ini dilanda pandemi, namun kesadaran masyarakat untuk tetap waspada terhadap pandemi ini masih di bawah garis yang diharapkan. Kita masih sering melihat banyak warga yang tidak mematuhi salah satu protokol kesehatan seperti memakai masker. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak warga yang menganggap bahwa pandemi COVID-19 bukan merupakan ancaman kesehatan yang nyata.
Dengan kesardaran seperti ini, tidak heran jika pada akhir tahun 2020, angka pertumbuhan pasien COVID-19 mengalami lonjakan yang signifikan setiap harinya. Dari sisi tenaga medis dan kesehatan, angka kematian yang terjadi di Indonesia pada bulan Desember 2020 merupakan yang tertinggi di Asia dan terbesar ke 5 di dunia.
Menerapkan gaya hidup sehat dan beradaptasi terhadap kebiasaan-kebiasaan baru memang tidak semudah membalikkan tangan. Diperlukan komitmen yang kuat dan mawas diri agar dapat secara konsisten untuk memulai dan mengadopsi perilaku baru yang sehat. Perubahan besar di masyarakat tidak akan terjadi tanpa perubahan-perubahan kecil. Hal ini dapat kita wujudkan dengan memulai dari diri kita sendiri.
Baca juga: Vaksin bukan akhir, gaya hidup sehat adalah kebutuhan
Baca juga: Panduan gaya hidup sehat dan aktif untuk anak muda
Baca juga: Tren gaya hidup positif pada fase normal baru
Pewarta: Faris Budiman Annas, akademisi Universita Paramadina
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021