Apple, Jumat (8/1), juga memberi waktu 24 jam bagi layanan tersebut untuk mengirimkan rencana moderasi terperinci, mengacu pada peserta kerusuhan yang menggunakan layanan itu untuk mengoordinasikan pengepungan gedung Capitol AS, Rabu (6/1).
Tindakan kedua perusahaan Silicon Valley tersebut membuat jejaring sosial, yang menjadi "surga"-nya mereka yang diblokir Twitter, itu tidak tersedia untuk unduhan baru di toko aplikasi Google dan Apple.
Dari pantauan ANTARA, Sabtu sore, Parler tidak ditemukan di Play Store, namun aplikasi tersebut masih tersedia di App Store, dan bahkan masih dapat diunduh.
Baca juga: Facebook blokir akun medsos Trump, juga Instagram
Baca juga: Video pendek bantu perkuat bisnis di era digital
Kelompok sayap kanan Amerika Serikat menggunakan aplikasi itu, Telegram dan Gab, karena kebijakan yang diterapkan Twitter dan Facebook.
Twitter bahkan secara permanen memblokir akun Trump, Sabtu pagi.
Dalam pemblokiran Parler, Google mengacu pada kebijakan terhadap aplikasi yang mempromosikan kekerasan.
Google mengatakan bahwa "bagi kami untuk mendistribusikan aplikasi melalui Google Play, kami benar-benar mengharuskan aplikasi tersebut menerapkan moderasi yang kuat untuk konten yang mengerikan."
"Mengingat ancaman keamanan publik yang sedang berlangsung dan mendesak ini, kami menangguhkan listingan aplikasi tersebut dari Play Store hingga mengatasi masalah ini," Google menambahkan.
Dalam surat tim peninjau App Store kepada Parler, Apple menyebut soal peserta massa yang menyerbu gedung Capitol AS pada Rabu (6/1).
"Konten yang mengancam kesejahteraan orang lain atau dimaksudkan untuk menghasut kekerasan atau tindakan melanggar hukum lainnya tidak pernah diterima di App Store," kata Apple dalam surat tersebut.
Apple memberi Parler 24 jam untuk "menghapus semua konten yang tidak pantas dari aplikasi Anda ... serta konten apa pun yang merujuk pada menyakiti orang atau serangan terhadap fasilitas pemerintah sekarang atau di masa mendatang."
Apple juga meminta Parler untuk mengirimkan rencana tertulis "untuk memoderasi dan memfilter konten ini" dari aplikasi.
CEO Parler, John Matze, mendirikan Parler pada 2018 sebagai alternatif yang "didorong oleh kebebasan berbicara" daripada platform mainstream. Aplikasi tersebut dipenuhi pengguna sayap kanan saat pendukung terkemuka Trump pindah ke aplikasi tersebut.
Matze mengatakan Apple menerapkan standar untuk Parler yang tidak berlaku untuk dirinya sendiri.
"Rupanya mereka percaya Parler bertanggung jawab atas SEMUA konten yang dibuat pengguna di Parler," kata Matze.
"Oleh karena itu, dengan logika yang sama, Apple harus bertanggung jawab atas SEMUA tindakan yang dilakukan oleh ponsel mereka. Setiap bom mobil, setiap percakapan telepon seluler ilegal, setiap kejahatan ilegal yang dilakukan di iPhone, Apple juga harus bertanggung jawab," tulisnya.
"Standar yang tidak berlaku untuk Twitter, Facebook atau bahkan Apple sendiri, berlaku untuk Parler," dia menambahkan.
Baca juga: Twitter blokir akun Trump secara permanen
Baca juga: Twitter jelaskan alasan akun Trump dikunci 12 jam, cuitan dihapus
Baca juga: Mark Zuckerberg, Tim Cook mengutuk kerusuhan di AS
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021