Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc menyebut bahwa kebijakan itu dibuat untuk mengurangi risiko COVID-19, mengingat periode Imlek menjadi momentum penting di Vietnam ketika masyarakat biasanya berkumpul dengan banyak orang dalam ruangan.
Juga seiring dengan virus COVID-19 varian baru yang tengah menyebar di seluruh dunia, hanya penerbangan penting yang telah mendapat izin dari kementerian kesehatan, luar negeri, pertahanan, keamanan publik, dan transportasi yang boleh masuk Vietnam, kata Phuc.
Usai masa Imlek, kata Phuc menambahkan, kementerian transportasi akan mengkaji kemungkinan pembukaan kembali penerbangan internasional.
Vietnam telah menangguhkan semua penerbangan internasional komersial yang masuk ke negaranya sejak akhir Maret 2020, namun pemerintah menjalankan penerbangan repatriasi untuk membawa pulang warga negara Vietnam yang terjebak di negara lain selama pandemi.
Beberapa penerbangan khusus yang membawa para pakar dan investor asing juga diizinkan masuk, dan semua penumpang wajib menjalankan karantina 14 hari.
Selasa (5/1) pekan ini, Vietnam menutup pintunya bagi pesawat yang berasal dari negara-negara dengan kasus varian baru COVID-19, mulanya Inggris dan Afrika Selatan.
Berkat aturan ketat dalam hal karantina dan penelusuran kontak, Vietnam berhasil menangani wabah COVID-19 di negaranya.
Jumlah kasus virus corona di Vietnam relatif sangat sedikit dibandingkan negara-negara lain dunia --sebesar 1.513 kasus infeksi dan 35 kematian.
Saat ini, terhitung 38 hari nihil kasus penularan lokal COVID-19 di Vietnam.
Sumber: Reuters
Baca juga: Vietnam laporkan kasus pertama varian baru virus corona
Baca juga: Kasus COVID-19 lokal muncul lagi di Vietnam, warga diminta waspada
Baca juga: Vietnam setuju untuk beli vaksin COVID AstraZeneca
Yang bisa kita pelajari dari Vietnam
Pewarta: Suwanti
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021