General Manajer PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Internasional Supadio Pontianak Eri Briliantoro mengatakan kesiapan menyambut kedatangan jenazah korban Sriwijaya Air SJ-182 dengan melakukan koordinasi teknis.Kemarin faktor cuaca buruk dan demi keselamatan penerbangan dari maskapai Garuda Air dan Lion Air semula harus mendarat di Kalbar namun harus dialihkan ke Batam dan Palembang
“Angkasa Pura II tentu mempersiapkan terkait kedatangan jenazah korban Sriwijaya Air SJ 182. Namun untuk itu kita akan koordinasi dulu soal teknis di lapangan seperti apa,” ujarnya di Crisis Center Sriwijaya Air SJ 182 Bandara Internasional Supadio Pontianak di Kubu Raya, Kamis.
Sejauh ini, pihaknya belum mengetahui teknis penyerahan korban di Jakarta atau di Kalbar. Hal itu akan menyesuaikan dengan penyambutan jenazah korban.
“Kalau di sini tentu kita harus ada mandatori yang harus dilewati. Prinsipnya kita dari Angkasa Pura II siap mendukung proses penyambutan jenazah nantinya,” kata dia.
Terkait dengan operasional Bandara Internasional Supadio Pontianak, Kamis, sejak pagi hingga tengah hari, berjalan lancar.
Baca juga: Sriwijaya-Air: 14 orang keluarga korban diberangkatkan ke Jakarta
Hanya saja, kata dia, pada Rabu (13/1) karena cuaca buruk ada dua maskapai yang harus mendarat di bandara lainnya.
“Kemarin faktor cuaca buruk dan demi keselamatan penerbangan dari maskapai Garuda Air dan Lion Air semula harus mendarat di Kalbar namun harus dialihkan ke Batam dan Palembang,” katanya.
Selain dua pesawat itu, satu pesawat lainnya milik Sriwijaya Air juga hampir mengalami hal serupa, namun berhasil mendarat di Bandara Supadio Pontianak.
"Saat cuaca kurang baik tadi pesawat, Sriwijaya Air sempat 'landing'. Itu karena cuacanya sempat terang sedikit dan jarak pandang sempat memenuhi standar. Sementara itu, pesawat Batik Air sempat 'holding'. Kalau sudah begitu ada keputusan apakah akan 'landing atau divert'," katanya.
Ia menyebutkan faktor cuaca ada beberapa, salah satunya karena angin atau jarak pandang yang memang di bawah standar sehingga bisa mengganggu keselamatan penerbangan.
"Makanya setiap pengoperasian penerbangan pesawat perlu mengetahui cuaca yang mengacu pada BMKG. Data ini akan diteruskan kepada ATC maupun pilot salah satunya saat akan 'landing' untuk mengambil keputusan apakah 'landing atau divert'," katanya.
Baca juga: SAR Pontianak: Sudah 74 kantong potongan jasad korban ditemukan
Baca juga: Didirikan dapur umum di Posko Crisis Center Bandara Supadio
Pewarta: Dedi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021