BPBD Mamuju masih data dampak gempa Majene

14 Januari 2021 21:19 WIB
BPBD Mamuju masih data dampak gempa Majene
Kamaruddin (52) ditemani anaknya, salah seorang pasien Rumah Sakit Mitra Manakarra yang nyaris tertimpa plafon yang ambruk akibat gempa berkekuatan 5,9 magnitudo yang mengguncang wilayah Kabupaten Majene dan terasa hingga di wilayah Kabupaten Mamuju, pada Kamis(14/1/2021). ANTARA/Amirullah/aa.

Sampai saat ini anggota kami masih menginventarisir kerusakan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat masih mendata kerusakan akibat gempa bermagnitudo 5,9 yang mengguncang wilayah Kabupaten Majene dan guncangannya terasa hingga di Kabupaten Mamuju pada Kamis.

"Sampai saat ini anggota kami masih menginventarisir kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa magnitudo 5,9 di wilayah Kabupaten Majene yang guncangannya terasa sangat kuat hingga di Mamuju," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Mamuju Ali Rachman, ditemui di Mamuju, Kamis.

"Dari informasi yang kami peroleh, kerusakan cukup singnifikan di wilayah Kecamatan Tapalang, tetapi anggota kami masih di lapangan untuk mengumpulkan data-data," tambahnya.
Warga memotret atap rumah yang ambruk akibat gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (14/1/2021). vANTARA FOTO/Akbar Tado/wsj.

Baca juga: Pascagempa, BPBD Mamuju dirikan tenda darurat di RS Mitra Manakarra

Ia menyatakan kerusakan akibat gempa 5,9 di Kabupaten Majene dan terasa guncangannya hingga di Kabupaten Mamuju tidak terlalu parah.

Namun ia mengakui adanya kerusakan parah pada salah satu bangunan di rumah jabatan Ketua DPRD Sulbar.

"Kalau kerusakan di Kota Mamuju tidak terlalu parah, tetapi memang ada rumah warga yang retak akibat gempa. Jadi, kami masih mendata dampak gempa tersebut," tuturnya.

"Terkait adanya salah satu bangunan di rumah jabatan Ketua DPRD Sulbar yang ambruk itu memang benar. Tetapi, apakah bangunan itu sementara dibangun kemudian ambruk akibat gempa atau memang bangunan sudah sudah selesai, itu yang baru kami cek," terang Ali Rachman.

Baca juga: Gempa Majene memicu kerusakan bangunan

BPBD Mamuju tambah Ali Rachman, meminta masyarakat agar tidak mudah menerima informasi yang tidak diketahui sumbernya.

Ia menyatakan bahwa sesaat setelah terjadi gempa, banyak informasi dari media sosial yang membuat masyarakat bertambah panik.

Akibatnya, sebagian warga panik dan berlarian untuk mencari tempat-tempat yang tinggi karena khawatir akan terjadi tsunami.

"Jadi, kami mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya informasi yang tidak jelas sumbernya. Pihak BMKG sudah menyatakan bahwa gempa tektonik itu terjadi di darat dan tidak berpotensi tsunami, tetapi masih banyak masyarakat yang panik," ujarnya.

"Kami juga sejak siang tadi, sudah terus mensosialisasikan agar masyarakat tidak panik namun tetap tetap waspada dan terus memantau informasi resmi dari BPBD dan BMKG," jelas Ali Rachman.

Baca juga: Warga Makassar ikut rasakan getaran gempa Majene Sulbar

Gempa yang berpusat pada koordinat 2,99 Lintasng Selatan dan 118,89 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak empat kilometer arah Barat Laut Kabupaten Majene dengan kedalaman 10 kilometer itu, terasa hingga di Kabupaten Mamuju dan beberapa wilayah lainnya di Sulbar, termasuk di wilayah Sulawesi Selatan.

Gempa susulan dengan magnitudo 4,9 kembali terjadi pada pukul 15. 00 Wita.

Saat terjadi gempa, warga di Kabupaten Mamuju sempat panik dan berhamburan ke luar rumah.

Baca juga: Gempa magnitudo 5,9 guncang Majene dipicu sesar naik Mamuju

Bahkan, sejumlah warga berlarian dan mencoba mencari tempat yang tinggi karena khawatir terjadi tsunami.

Sesaat setelah terjadinya gempa, jaringan telekomunikasi juga sempat terputus beberapa saat.

Beberapa warung dan toko milik warga, termasuk minimarket hingga Kamis petang juga terlihat masih tetap tutup karena para karyawan khawatir masih akan terjadi gempa susulan.

Baca juga: Longsor terjang daerah di Polewali Mandar, lima rumah rusak

Pewarta: Amirullah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021