Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo meminta pemerintah dapat mempermudah akses ke Pelabuhan Internasional Patimban di Subang, Jawa Barat, yang diproyeksikan sebagai alternatif Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.Karena diproyeksikan sebagai alternatif dari Pelabuhan Tanjung Priok, sudah semestinya akses dari kawasan industri di Cibitung-Cikarang-Karawang dipermudah.
Sigit Sosiantomo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, mengimbau pemerintah agar pembangunan jalan akses menuju pelabuhan tersebut menjadi prioritas pada pelaksanaan anggaran belanja tahun ini.
Menurut dia, bila akses menuju lokasi pelabuhan masih terbatas maka bisa jadi angkutan petikemas yang diharapkan berpindah memilih pelabuhan yang baru tidak tercapai.
“Karena diproyeksikan sebagai alternatif dari Pelabuhan Tanjung Priok, sudah semestinya akses dari kawasan industri di Cibitung-Cikarang-Karawang dipermudah," kata Sigit Sosiantomo.
Baca juga: PT ASDP buka rute baru pelayaran Banjarmasin-Jawa Barat
Sigit memaparkan dengan kendaraan penumpang saja, saat ini misalnya dari Kawasan Industri EJIP di Cikarang menuju Pelabuhan Tanjung Priok jarak tempuh perjalanan darat sekitar 50 km dengan waktu tempuh sekitar 70 menit. Sementara itu, dari lokasi yang sama menuju Pelabuhan Patimban jarak tempuhnya 108 km atau lebih dari dua kali lipat dengan waktu tempuh sekitar 130 menit atau hampir dua kali lipat.
Ia berpendapat bahwa rute jalan menuju Pelabuhan Patimban saat ini jika dari Cikarang yang paling cepat adalah melewati jalan tol Jakarta-Cikampek keluar di Cikampek, selanjutnya menyusuri jalan nasional legendaris Cikampek-Ciasem-Pamanukan.
Di jalur pantura sepanjang 50 km ini, lanjutnya, kendaraan petikemas terpaksa harus bercampur dengan lalu lintas lokal berupa sepeda motor, becak dan lainnya. Dari jalan nasional pantura tersebut untuk sampai ke Pelabuhan Patimban melalui jalan akses sekitar 8 km lagi.
Baca juga: Kemenhub umumkan pemenang Proyek Pelabuhan Patimban
Sigit khawatir pengalaman buruk pada Bandara Kertajati yang sepi, akan terulang lagi jika jalan akses masih terbatas. Akses jalan menuju Bandara Kertajati masih terbatas.
Apalagi, lanjutnya, jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) hingga saat ini belum juga kelar sehingga dinilai wajar jika warga dari Bandung dan sekitarnya enggan memilih Bandara Kertajati.
“Bandara Kertajati kan sudah beroperasi sejak Mei 2018. Setelah selesai pembangunannya, konon akan memiliki kapasitas total hingga 29 juta penumpang setiap tahun. Namun berdasarkan data AP II, jumlah penumpang di Bandara Kertajati sepanjang tahun 2019 baru 519.287 penumpang. Penyebab sepi salah satunya akses menuju lokasi yang masih terbatas," ucapnya.
Pelabuhan Internasional Patimban mulai dibangun pada 2019 dan diprediksi selesai pada 2027, dengan total investasi sekitar Rp50 triliun.
Pelabuhan Patimban diproyeksikan sebagai alternatif dari Pelabuhan Tanjung Priok yang kapasitas angkutnya sudah begitu padat.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku optimistis bahwa Pelabuhan Patimban apabila disenergikan dengan baik dengan Pelabuhan Tanjung Priok akan mampu mengalahkan Pelabuhan Shanghai dan Singapura.
“Saya yakin bahwa apabila itu terjadi dan kita menyinergikannya dengan Pelabuhan Tanjung Priok, maka kita mengalahkan mungkin menyamai Shanghai dan Singapura sebagai satu niat bangsa sebagai pelabuhan yang membanggakan tapi memberikan nilai fungsi ekonomi yang baik. Dengan kata lain Pelabuhan Patimban sebagai ‘World Connecting Port’,” kata Menhub dalam Public Expose Pelabuhan Patimban: Wajah Modern Pelabuhan di Indonesia secara virtual di Jakarta, Kamis (7/1).
Menhub mengutarakan harapannya agar dengan adanya Pelabuhan Patimban dapat menstimulasi tumbuhnya arus barang dan jasa atau logistik dari dan ke aglomerasi Pelabuhan Cirebon, Kawasan Industri Karawang, Sumedang, Majalengka, hingga jalan tol yang mempertemukan Jakarta.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021