"Pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini, kami akan mulai melihat volumenya," kata ilmuwan senior WHO, Soumya Swaminathan, saat konferensi pers di Jenewa.
Program COVAX, yang didukung oleh WHO, aliansi vaksin GAVI, dan Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI), sejauh ini berhasil mengumpulkan dana enam miliar dolar AS (sekitar Rp84,8 triliun) serta telah memesan dua juta dosis vaksin COVID-19 dan dapat memesan satu miliar lebih dosis lagi.
Akan tetapi karena negara-negara kaya mendominasi pengiriman awal vaksin, WHO khawatir sisa persediaan yang sedikit dapat membuat 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak memperoleh bagian.
Swaminathan menyebutkan sedikitnya 13 perusahaan telah menyatakan tertarik untuk memasok COVAX dan lima di antaranya sedang membahas kemungkinan tersebut dengan WHO. Sejumlah vaksin sedang dievaluasi oleh tim regulator mereka.
Asisten Dirjen WHO Mariangela Simao mencatat bahwa 38 dari 46 negara yang telah meluncurkan vaksinasi adalah negara berpenghasilan tinggi, sementara dunia perlu meyakinkan bahwa semua pihak bisa memperoleh vaksin yang ampuh dan aman.
"Sekarang ini tidak akan terjadi pada Januari tetapi akan terjadi dalam waktu dekat. Kami berharap mendapat kabar baik untuk Anda mengenai hal ini pada Februari tahun sekarang," katanya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menlu sebut vaksin dari COVAX akan tersedia kuartal kedua 2021
Baca juga: Menlu RI terpilih pimpin kerja sama vaksin multilateral COVAX AMC
Baca juga: WHO: Pengiriman vaksin COVID program COVAX dapat dimulai Januari ini
Menlu Retno terpilih menjadi Ketua Kerja Sama vaksin COVID-19 COVAX
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021