Pemerintah melalui Kementerian ESDM menjajaki peluang mengekspor listrik ke Singapura menyusul adanya potensi kelebihan pasokan daya listrik di Indonesia.Nanti kita sambung dari Jawa ke Sumatera, Riau, ke Singapura, atau kita masuk ke ASEAN (Power) Grid
Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Selasa, menjelaskan Indonesia memiliki kelebihan pasokan listrik terlebih di tengah pandemi COVID-19 yang menyebabkan turunnya konsumsi listrik.
"Kita lihat potensi Singapura. Singapura perlu impor listrik. Ini kita jajaki, bisa tidak kita impor kelebihan listrik kita. Nanti kita sambung dari Jawa ke Sumatera, Riau, ke Singapura, atau kita masuk ke ASEAN (Power) Grid. Jadi dari Sumatera ke peninsula Malaysia. Ini sedang dalam proses penjajakan," jelasnya.
Untuk bisa memuluskan rencana tersebut, menurut Arifin, pemerintah akan mempercepat program interkonektivitas antarpulau. Upaya tersebut juga akan memungkinkan pemerataan listrik sehingga kelebihan listrik bisa disalurkan ke daerah yang masih kekurangan pasokan listrik.
Selain menjajaki potensi ekspor listrik, ia mengatakan opsi lain yang tengah dikaji pemerintah untuk mengatasi masalah kelebihan pasokan listrik adalah dengan relokasi pembangkit eksisting.
"Relokasi eksisting pembangkit yang sudah tua, berusia di atas 20-25 tahun ada kemungkinan tidak untuk direlokasi ke tempat-tempat yang membutuhkan, antara lain tempat-tempat yang punya potensi industri smelter," katanya.
Menurut Arifin, relokasi pembangkit eksisting ke wilayah dengan potensi industri smelter akan dapat mendukung daya saing produk hasil pemurnian mineral.
"Karena dengan batubara, cost (biaya) lebih murah. Industri kita akan lebih kompetitif," ujarnya.
Di sisi lain, pemerintah juga akan terus mendorong pemakaian kendaraan dan kompor listrik sehingga konsumsi listrik diharapkan bisa naik.
Arifin menambahkan selain karena menurunnya konsumsi listrik, potensi kelebihan listrik juga terjadi lantaran adanya megaproyek pembangkit listrik 35.000 MW (35 GW) serta tambahan 7.000 MW dari program sebelumnya.
Ia memperkirakan ada potensi kelebihan hingga 50 persen dari total reserve margin listrik yang ada. Reserve Margin adalah persentase kapasitas terpasang tambahan atas permintaan puncak tahunan.
"(Kalau 35 GW selesai), over supply cukup banyak, sekitar 40-60 persen. Jadi reserve margin kita bisa sampai 50 persen dari idealnya 30 persen. Ini memang harus bisa kita cari pemecahannya," pungkas Arifin.
Baca juga: Pemerintah garap peluang energi hijau listrik industri smelter
Baca juga: Pakar: Pemerintah - PLN perlu antisipasi penurunan permintaan listrik
Baca juga: Menhub dorong KAI-MRT tingkatkan dukungan pasokan listrik dari PLN
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021