"Kenaikan tambahan kasus harian sangat tinggi, bahkan tertinggi sejak COVID-19 pertama kali masuk, salah satunya disebabkan verifikasi data terlambat masuk," ujar Wiku dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Wiku mengatakan tambahan kasus harian pada pekan terakhir hingga mencapai 14.000 orang, dengan daerah yang paling berkontribusi adalah Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Bali, dan Sulawesi Selatan.
Menurutnya, keterlambatan integrasi data menyebabkan penumpukan pada pelaporan data.
"Pemerintah terus berupaya memperbaiki ini. Kementerian Kesehatan tengah memilah data yang masuk 11-17 Januari dan data yang terlambat masuk dari minggu-minggu sebelumnya," ujar dia.
Wiku mengatakan ke depan Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah harus terus memperbaiki integrasi data COVID-19 sehingga mengurangi celah dan keterlambatan data pusat dan daerah.
Baca juga: Penambahan kasus harian baru COVID-19 mencapai 9.321 orang
"Saya minta ke depan tidak ada lagi toleransi terhadap delay atau keterlambatan data, karena ini sangat krusial dalam pengambilan keputusan," katanya.
Baca juga: Kasus harian COVID-19 capai rekor lagi bertambah 5.828 orang
Dia menegaskan dengan data yang tidak realtime, maka kebijakan yang dikeluarkan bisa menjadi tidak tepat waktu, sehingga tidak efektif.
Baca juga: Pecahkan rekor kasus harian, Jaktim jadi penyumbang terbanyak COVID-19
Meskipun demikian, terlepas dari apapun kondisi yang menyebabkan kasus harian tinggi, Wiku mengajak semua pihak terus waspada karena pandemi akibat virus corona jenis baru itu belum usai.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021